Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Kisah

10 Mei 2024   07:41 Diperbarui: 12 Mei 2024   11:57 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri ini sedang bergolak. Harga pangan melambung setinggi langit. Krisis ekonomi moneter membelit. Berbagai usaha rakyat akhirnya pailit. Rakyat kecil hanya mampu menjerit.  

Asep menonton tayangan berita di warung Mpok Imeh bersama beberapa teman, sambil menyeruput kopi.  Berita demontrasi besar-besaran di beberapa daerah yang dilakukan oleh para mahasiswa. Mereka berharap agar adanya reformasi di Indonesia dan mengarah kepada upaya peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat tanpa kecuali. .

Para mahasiswa di beberapa kampus di ibu kota pun melakukan hal yang sama. Banyak pula orang yang ikutan bicara padahal mereka tak paham apa-apa. Para pakar tata negara dan para politikus negeri ini pun banyak menganalisis tentang reformasi sebagai gerakan perubahan bagi rakyat Indonesia yang tak mudah dinalar oleh Asep.

"Wah ... mahasiswa pada demo. Emang kudu gitu, biar ada perubahan hidup," ujar Cing Ato, suami Mpok Imeh.

"Kalau kata aye demo itu kagak berarti kalau tak didukung para petinggi. Bener nggak, Sep?," timpal Mas Darmin sambil menyomot pisang goreng.

Asep tak menjawab. Dirinya tak paham apa-apa. Bagi Asep, saat demonstrasi merupakan peluang rejeki untuknya. Bila ada keramaian, Asep bisa berjualan air mineral dan berharap mampu menjual air mineral yang sangat banyak jumlahnya.

Koh Ahong mempercayai Asep untuk membawa stok air mineral tanpa harus membayar lebih dulu. Air mineral yang dia ambil dari toko Koh Ahong~majikan Marni~ satu botolnya seharga dua ribu lima ratus, tetapi dia bisa menjualnya dengan harga sepuluh ribu. Keuntungan yang diperoleh Asep berlipat-lipat.

  Asep tak peduli apa alasan para mahasiswa itu berdemo, atau siapa yang akan menjadi Presiden RI nanti. Yang penting buat Asep air mineral itu laku keras dan dia bisa membawa pulang uang banyak buat keluarganya. Harapan Asep yang lain adalah harga sembako jangan lagi naik seperti sekarang ini.

Baca juga: Mulutmu Harimaumu

Konon pemerintah mengatakan harga beras Bulog itu hanya lima puluh ribu per sepuluh  kilo. Entah di mana kebocoran harga beras itu hingga melambung seperti roket.

Baca juga: Cerpen: Bunglon

 Banyak  tengkulak yang menimbun beras atau ada pejabat yang sedang senang bermain-main dengan perut rakyat dengan memainkan harga dan melakukan korupsi.

Marni, isterinya sudah mengeluh dengan berbagai kebutuhan pokok yang sudah sulit dibeli. Biasanya dengan sepuluh ribu rupiah, Marni sudah bisa membeli satu liter beras dan seperempat kilo telur ayam yang akan dimasak untuk dua kali makan. Dua butir untuk sarapan dan dua butir untuk makan siang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun