Suasana terminal Kampung Rambutan sangat ramai oleh calon penumpang maupun para penumpang yang baru turun dari bus antar kota. Siang itu cuaca cukup panas karena musim kemarau baru saja tiba. Aku melangkah masuk dan mencari bus dengan tujuan Sukabumi. Saat itu saya baru saja pulang dari rumah paman dan berencana kembali ke Sukabumi.
"Sukabumi! Sukabumi!" teriak para calo di terminal rambutan saat itu.
Saya segera menaiki salah satu bus yang menuju ke Sukabumi. Seperti biasa saya paling suka duduk di dekat jendela. Alasannya saya dapat melihat pemandangan langsung tanpa terganggu oleh penumpang lain. Saya memilih duduk di bangku yang berada di baris bagian tengah.
Saat saya tengah asyik memandang suasana terminal, datang penumpang lain dan duduk di samping saya. Selintas saya mengamati penumpang tersebut. Dia seorang perempuan berusia sekitar 35 tahun dengan wajah yang manis. Penampilan wanita tersebut mampu mengundang perhatian orang khususnya kaum laki- laki. Mengapa? Dia berpakaian ketat dan berbalut celana jean yang ketat pula. Lekuk- lekuk tubuhnya terlihat jelas. Rambutnya dicat blonde. Dan yang paling mengundang mata juga adalah dia menggunakan perhiasan yang sangat mencolok di jari- jari, pergelangan tangan dan lehernya.
Tak lama kemudian bus mulai berjalan dan meninggalkan terminal dengan penumpang yang cukup padat. Beberapa orang terpaksa berdiri karena kursi penumpang sudah terisi semua. Biasanya mereka penumpang dengan tujuan yang tak terlalu jauh. Tepat di baris kursi yang saya dan wanita itu tempati, berdiri seorang laki- laki dengan menggunakan jaket hitam, Dia berdiri bersama seorang temannya.
Saat bus mulai memasuki jalan tol Jagorawi, salah seorang dari mereka mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan terus mepet ke arah bahu wanita di sebelah saya itu. Wanita itu tampak tegang. Dia mencolek tangan saya seolah meminta bantuan. Saya kurang paham saat itu.
"Ada apa, Mbak? Ada yang bisa saya tolong?" tanya saya saat itu sambil memandang wajahnya. Wanita itu memberikan kode dengan kerlingan matanya yang mengarah kepada lelaki yang berdiri di sampingnya.
Serta merta saya melihat lelaki itu sambil memandang tajam ke arah saya. Selintas saya melihat ke arah tangannya yang sedang menodongkan sebilah pisau ke rah bahu wanita itu.
"Serahkan semua perhiasan yang kamu pakai jika kamu ingin selamat," bisik lelaki itu sambil menekankan pisau itu lebih dalam.
Saat itu saya takut dan bingung harus berbuat apa. Begitu juga wanita itu yang berwajah pucat. Para penjahat itu cukup pintar dan berani.Â