"Tidak! Aku tidak setuju kau mengubah penampilanmu!" tegas Ardi sambil memandang Tiara tajam.
 Malam itu Tiara menyampaikan maksud untuk berhijrah dengan menutup auratnya kepada Adri, lelaki yang sangat dicintainya selama ini dan akan menjadi suaminya.Â
"Mas, seharusnya kamu mendukung aku dong," ujar Tiara sabar seraya membujuk tunangannya.
 "Pokoknya, aku tidak mau melihatmu berhijab. Kamu tinggal pilih, tetap mengikuti nasihatku atau tetap menjalankan rencanamu. Kalau kamu tetap bersikeras menggunakan hijab, hubungan kita cukup sampai di sini," ancam Ardi.Â
"Mas, izinkan saya berhijrah ya?" bujuk Tiara," Harusnya kamu senang karena aku menutup aurat."Â
"Tidak! Pokoknya kamu silakan pilih." Adri memandangku lebih tajam lagi.Â
"Baiklah, jika itu maumu. Aku memang harus memilih. Dan pilihanku, aku akan tetap berhijab meski untuk itu pertunangan kita berakhir," jawab Tiara lirih.Â
Bukan ini sebenarnya yang Tiara inginkan. Dia hanya ingin calon imamnya itu mendukung rencananya. Rupanya kenyataan menunjukan lain dan Tiara harus rela melepaskan lelaki yang sangat dicintainya itu. Entah apa alasan Ardi tidak mengizinkannya berhijab. Saat ditanyakan Ardi tak mau menjelaskan sehingga membuat Tiara harus membuat pilihan yang berat.Â
"Terima kasih, Mas atas kebahagiaan yang diberikan selama ini. Namun, aku tak mau berada dalam kebahagiaan yang semu. Awalnya aku mengharapkan dukungan datang darimu, calon imamku." Tiara berkata pelan.Â
Dia menahan kesedihan agar tak tumpah menjadi linangan air mata. Mungkin inilah takdir yang harus dijalaninya. Kecintaannya pada manusia tak ingin menjadi belenggu buatnya mendapatkan cinta Allah. Dia harus ikhlas menerima takdirnya.Â