Praaang! Praang! Prang!
Suara piring- piring pecah terdengar dari arah ruang makan. Karina terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan angka satu. Padahal baru pukul 23.00 dia pulang dari kantor karena harus mempelajari setiap berkas agar hari Senin nanti dapat memimpin rapat komisaris di perusahaan.
Suara keras itu membuat Karina terbangun dan segera berlari ke sana. Dia melihat piring- piring yang pecah berserakan. Mbok Nah berdiri ketakutan di pojok ruangan.
"Ada apa, Mbok? Mengapa piring- piring ini pecah?" tanya Karina sambil mendekati Mbok Nah yang tampak ketakutan. Dia berjalan hati- hati karena pecahan piring berserakan di ruangan itu.
Belum juga mendengar jawaban Mbok Nah, Karina mendengar teriakan Bunda dari arah ruang tamu.
"Lepaskan! Kamu tidak berhak melakukan ini, padaku!" teriak Bunda dari ruang tamu.Â
Bunda terdengar kesakitan. Karina segera berlari ke ruang tamu.
Di sana Ayah sedang memegang pergelangan tangan Bunda dan menariknya ke arah sofa.
"Cukup! Hentikan, Yah!" Karina memegang tangan Bunda dan melepaskannya dari cengkeraman Ayah.
"Kamu tidak perlu ikut campur, Karin. Ini urusan kami!" bentak Ayah kepada Karina.