Lantas, Kasih menuju ke arah nenek itu dan memberikannya sedikit uang dan sebuah bungkusan yang berisi makanan.
"Terima kasih, Neng. Sejak pagi nenek belum makan." Si Nenek berbicara sambil membuka nasi bungkus bersama tahu, tempe bacem dan sepotong dadar telur.
"Maaf, Nek. Saya hanya bisa membelikan nasi bungkus dengan lauk ala kadarnya," ujar Kasih menjelaskan.
"Tidak apa- apa, Neng. Ini juga sudah cukup," ujar si Nenek sambil tersenyum.
"Syukurlah jika Nenek berkenan. Saya permisi dulu ya, Nek mau ke kampus." Kasih melangkahkan kakinya.
"Tunggu, Neng!" teriakan si Nenek pengemis itu menghentikan langkah Kasih.
"Iya, Nek. Ada apa, ya?" tanya Kasih sambil mendekati nenek itu kembali.
"Sebagai tanda terima kasih, saya akan memberikan sesuatu kepadamu," ucap Nenek sambil mengeluarkan sesuatu di balik kantong bajunya," Ini, untukmu.'
Kasih melihat selembar kertas bertuliskan angka seratus juta dan ada tanda tangan dan nama satu bank terkenal. Kasih memandang nenek yang sedang asyik menikmati nasi bungkus.
"Ini apa, Nek. Ini mainan, ya?" tanya Kasih bingung.
"Itu betul, Neng. Cek itu asli," ujar seorang lelaki yang datang dari arah warung tegal.