Kebahagiaan kami lengkap sudah karena sudah dikarunia sepasang anak, laki-laki dan perempuan.
Aku belum bisa menengok anakku karena masih belum bisa jalan. Bayiku dirawat di ruang bayi yang letaknya agak jauh. Setiap pagi, bayiku dibawa ke ruanganku untuk aku beri ASI. Mungkin efek dari operasi, ASI-ku tidak keluar. Oleh karena itu bayi mungilku diberi susu formula.
Satu Minggu aku dirawat di rumah sakit . Tepat hari Kamis aku diperbolehkan pulang sedangkan anakku masih harus diinkubasi karena kulitnya kuning. Menurut dokter kadar billirubin pada bayiku sangat tinggi sehingga kulit dan mata bayiku kuning.
Dengan ikhlas kubiarkan bayiku tinggal di rumah sakit lebih lama. Â Setiap pagi suamiku menengoknya.
Setelah satu minggu, Nadia diizinkan pulang. Namun kebahagiaan itu sirna saat melihat kondisi Nadia. Setelah berada dua hari di rumah, aku melihat ada sesuatu yang berwarna putih di mulut Nadia.
Atas saran ibu mertua, aku membuat minyak kelapa dan dioleskan ke mulut. Sesaat Nadia menangis saat kuoleskan minyak kelapa tersebut. Akhirnya aku membawa Nadia ke dokter.
"Mengapa ada warna putih di mulut anak saya, Dok?" tanya ku pada dokter Diana yang selesai memeriksa Nadia.
"Ibu tidak memberikan ASI ya kepada bayi ibu?" tanya dokter Dian balik bertanya.
"Iya, Dok. ASI saya belum keluar paska operasi. Lalu apa yang ada di mulut Nadia?" Aku memandang dokter Dian tak sabar.
"Warna putih itu jamur. Karena bayi ibu meminum susu formula sehingga jamur itu mudah tumbuh. Bayi balu lahir sebaiknya hanya diberikan ASI sehingga tidak mudah terkena bakteri dan jamur yang berasal dari botol dan sebagainya.
Dokter Dian memberikan obat anti jamur untuk Nadia. Kami pulang dengan harapan Nadia segera pulih.