Manusia adalah makhluk lemah yang tak memiliki daya jika kesedihan dan ujian datang bertubi-tubi. Hanya satu cara yang dapat dilakukannya yaitu menerima dengan pasrah semua iradah-Nya.
Hal itu yang dilakukan Karina saat ini. Dia hanya bisa berzikir, dan berdoa agar Ayahnya yang sedang terbaring di ruang ICU pulih kembali.
"Neng Karin, melihat kepasrahan dan keikhlasan yang kamu lakukan ini, Insyaallah, Allah SWT akan mengijabah setiap doa dan harapanmu." Mbok Nah menghibur Karina yang terus menangis di antara sujud-sujudnya.
"Aamiin ya robbal alamin," ujar Karina sambil mengusap air matanya.
"Ayo kita kembali ke ruang ICU, Mbok!" ajak Karina kemudian.
Akhirnya mereka kembali ke ruang ICU. Di sana ada Pak Ujang yang duduk di depan ruangan.
"Mbak Karin, tadi dicari dokter yang merawat, Tuan," ujar Pak Ujang memberitahukan.
"Baiklah! Saya akan menemui Dokter," balas Karina. Karina menanyakan ruangan Dokter Prasetio yang merawat Ayah kepada seorang suster yang kebetulan lewat di depannya.
Karina masuk ke ruangan dokter Prasetio setelah diizinkan olehnya.
"Silakan duduk, Mbak ...?" Dokter Prasetio berhenti sejenak sambil menatapku.