Seseorang disebut egois bukan karena mengejar kepentingannya sendiri, tetapi karena mengabaikan kepentingan tetangganya dan tidak menjaga hati tetangganya._Bunda Hilwa
Ilustrasi
Alkisah di sebuah kompleks perumahan di negeri antah berantah. Beberapa orang penghuninya senang memelihara kucing. Ada yang memelihara seekor angora yang lucu, ada yang memelihara dua ekor kucing dan ada juga yang memelihara lebih dari lima ekor kucing.
Sebagai penghuni kompleks pastinya mempunyai hak untuk memelihara binatang apa pun termasuk kucing. Namun para penghuni pun harus ingat jika hak itu dibatasi oleh hak orang lain.
Nah, ceritanya di kompleks tersebut tinggal dua keluarga yang letaknya saling berdampingan. Kedua keluarga tersebut memiliki kebiasaan dan kesenangan yang berbeda. Keluarga pak Adigung sangat menyenangi kucing. Mereka memelihara lebih dari lima ekor kucing dengan beberapa ekor. Setiap hari kucing mereka berkeliaran ke rumah-rumah tetangga dan pup di beberapa tempat termasuk teras dan garasi rumah pak Ajiman .
Sedangkan keluarga pak Ajiman tidak suka kucing. Isteri pak Ajiman sendiri sangat phobia pada kucing. Jika dia melihat kucing dari dekat, seluruh bulu kuduk  akan berdiri. Apalagi jika dia melihat kotoran kucing, selalu akan muntah-muntah dan mual. Setiap hari mereka harus membuang kotoran kucing yang ada di teras rumah atau di garasi mobil mereka setiap pagi, sore atau malam hari. Hal itu terus dilakukan selama beberapa bulan.
Awalnya keluarga pak Ajiman bersabar dengan kondisi seperti itu karena mereka tidak mau bermasalah dengan keluarga Pak Adigung. Namun, hal itu semakin membuat keluarga Pak Ajiman tidak nyaman. Akhirnya, Bu Ajiman dan Pak Ajiman berusaha untuk berbicara dengan baik-baik kepada keluarga Pak Adigung. Lalu apa tanggapan mereka? Keluarga Pak Adigung mengatakan jika keluarga Pak Ajiman harus membuktikan jika kucing-kucing merekalah yang  pup di rumah  keluarga Pak Ajiman dengan foto. Waduh ... itu artinya keluarga Pak Ajiman harus menyewa detektif untuk menyelidiki hal itu, tetapi mereka tak memiliki cukup uang untuk membiayai hal itu.
Keluarga pak Ajiman akhirnya melapor ke Pak RT melalui wa pribadi beliau. Kemudian Pak Ajiman pun menyampaikan masalah itu di WAG penghuni kompleks. Wow ... ternyata tidak hanya Pak Ajiman yang merasa tidak nyaman dengan banyaknya kucing di kompleks tersebut. Heboh WAG grup penghuni kompleks. Berbagai komentar bermunculan yang intinya mereka tidak nyaman dengan banyak kucing di kompleks mereka.Â
Rupanya mereka tidak memiliki keberanian seperti keluarga Pak Ajiman meskipun mereka sangat tidak nyaman dengan kucing-kucing peliharaan yang berkeliaran di kompleks dan rumah-rumah mereka. Keberanian pak Ajiman memberikan keberanian kepada para penghuni untuk menyampaikan hal yang sama..
Akhirnya Pak RT mengimbau seluruh penghuni kompleks yang memiliki peliharaan kucing untuk membuat kandang dan tidak membiarkan kucing-kucing tersebut berkeliaran hingga ke rumah tetangga. Beberapa penghuni menuruti imbauan dari ketua Rt tersebut, tetapi ada yang tidak mengikuti imbauan itu termasuk pak Adigung. Dia membiarkan kucing-kucing itu tetap berkeliaran. Akhirnya keluarga pak Ajiman tidak bisa berbuat apa-apa selain bersabar dan pasrah. Kemudian keluarga Pak Adigung mendiamkan keluarga pak Ajiman.. tetapi keluarga pak Ajiman tetap memiliki kesabaran untuk menghadapi keluarga pak Adigung.
Bagaimana menumbuhkan sikap tepa salira dalam diri?
Makna tepa salira dalam KBBI /te*pa sa*li*ra/ a dapat merasakan (menjaga) perasaan (beban pikiran) orang lain sehingga tidak menyinggung perasaan atau dapat meringankan beban orang lain; tenggang rasa; toleransi.
Sikap tepa salira, tenggang rasa dan saling menghargai ini dapat menciptakan hidup yang harmonis dan damai sesama tetangga. Sikap ini akan menghindarkan pertengkaran yang akan muncul di antara tetangga. Dengan sikap tepa salira ini, kita menempatkan diri kita pada interaksi dan pergaulan yang positif dengan sesama penghuni kompleks.