Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional bertepatan dengan HUT Perpusnas ke-42. Peringatan Hari Buku ini bertujuan untuk mengembangkan literasi  di Indonesia khususnya meningkatkan minat baca dan menulis di kalangan masyarakat.
1. Sejarah Hari Buku Nasional
Mengapa hari buku nasional ini jatuh pada tanggal 17 Mei? Sejarah Hari Buku Nasional pertama dirayakan pada tanggal 17 Mei tahun 2002. Orang yang menggagas Hari Buku Nasional ini adalah Menteri Pendidikan, Bapak Abdul Malik Fadjar. Tanggal itu dipilih bertepatan dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional.
Kondisi minat baca masyarakat dan para siswa khususnya pada masa itu dinilai masih kurang. Mengutip laman Liputan 6.com (4/12/2019) hasil tes PISA (Program for economic Student Assessment) mengalami penurunan. Tes ini ditujukan untuk siswa yang berusia 15 tahun. Pada tahun 2018 ada 79 negara yang mengikuti tes ini dengan jumlah siswa 600 orang.
Laporan PISA yang dirilis, Selasa 3 Desember 2019 itu menyatakan bahwa skor membaca anak Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 52 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Berdasarkan laporan PISA yang baru rilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, atau hanya ada 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca. Berdasarkan riset lain yang bertajuk World's Most Literate Nations Ranked dari Central Connecticut State University (Maret 2016), Indonesia ada di peringkat ke-60 dari 61 negara untuk masalah minat baca. Posisinya ada di bawah Thailand dan di atas Bostwana.
 Melalui Harbuknas ini diharapkan dapat mendorong minat baca dan meningkatkan tingkat literasi Indonesia di dunia.
2. Manfaat Buku
"Hidup yang berkaki kuat adalah hidup yang menyejarah. Namun bagaimana kita bisa tahu sejarah, jika kita tidak membaca? Hidup yang berkaki kuat adalah hidup yang tidak sempit dan berani menjelajah. Namun bagaimana kita tahu akan yang luas, dan inspirasi untuk penjelajahan, jika kita tidak membaca?" - Sindhunata, budayawan
Kutipan kalimat-kalimat inspirasi itu menunjukkan bahwa membaca adalah salah satu faktor penting untuk memperleh pengetahuan yang sangat luas. Media yang digunakan untuk membaca adalah buku. Sudah dapat dipastikan buku adalah salah satu sumber ilmu.
Banyak buku yang dapat dimanfaatkan agar pengetahuan masyarakat semakin bertambah. Berbagai informasi dapat kita peroleh dari membaca buku, seperti informasi: ekonomi, sosial budaya, politik, seni, ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagainya. Namun, sayangnya minat baca yang ada dalam masyarakat kita masih terbatas. Begitu juga sebaliknya dengan menulis.