Kala sembako merayap tak terkira
Gas elpiji pun  ikut naik jua Â
Kedelai entah berharga berapa?
Minyak goreng rahib entah kemana?
Kini harga pupuk ikut mengangkasa
Kemana kami akan kau bawa
Naiknya harga tak berarti apa- apa buat si kaya
Yang terus  melenggang tanpa pusing tak punya uang
Tapi kami bukan siapa- siapa.
Kami memang tak punya apa- apa
Kami hanya bisa berkata:" Besok makan apa?"
Ketika mereka sibuk membangun pencakar langit
Kala mereka sibuk membangun jalan tol
Saat mereka sibuk berebut kursi
Menyikut sana sini demi pundi-pundi
Kami tetap hanya rakyat jelata
Yang sibuk mencari upeti buat makan hari ini
Kemana kami akan kau bawa
Ketika sarjana sudah sulit mencari kerja
Berebut dengan para pendatang dari luar negara
Kami tersingkir di negeri sendiri
Lalu kami tak berdaya apa- apa
Selain mengelus dada seraya berdoa:" Ya Rabb, limpahkan rejeki-Mu karena Engkau Maha Kaya."
Negeri ini subur dan kaya raya dengan aneka potensi
Negeri yang elok permai, gemah  ripah loh jinawi
yang membentang dari ujung Sabang hingga Merauke
berlimpah dan kaya dengan  berbagai sumber daya
Kami ingin hidup di negeri ini
Dalam balutan cinta dan kasih-Mu, duhai pemilik bumi
Tanah air  ini milik kami
 bukan milik orang dari luar negeri
Yang mengeruk semua kekayaan pertiwi
Lalu membiarkan kami nelangsa sendiri
 menangis, merenungi nasib yang tak punya arti
Cibadak, 14 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H