Sejarah Berdirinya Masjid Agung Cipta Rasa
Nama dari masjid Sang Cipta Rasa memiliki makna sendiri. Kata 'Sang' bermakna keagungan. Kata 'Cipta' memiliki arti dibangun atau dibuat. Kata 'Rasa' bermakna digunakan. Masjid Sang Cipta Rasa ini adalah bangunan yang digunakan untuk mengagungkan Allah SWT.
Masjid ini dibangun oleh lima ratus orang pekerja yang diambil dari kawasan Cirebon, Demak dan Majapahit. Sunan Gunung Jati meminta bantuan Sunan Kalijaga untuk merancang bangunan masjid Sang Cipta Rasa. Sunan Kalijaga sendiri dibantu oleh Raden Sepat, seorang arsitek yang menjadi tahanan perang kerajaan Demak.
Arsitektur dari masjid Cipta Rasa ini memiliki filosofi tersendiri. Masjid Sang Cipta Rasa dibangun di atas tanah 400m2 sebagai bangunan utamanya. Masjid ini memiliki 5 ruang utama, 3 serambi dan ruang belakang.
Pintu di ruang utama berjumlah 9 yang menyimbolkan jumlah penyebar agama Islam di tanah Jawa dan dikenal wali Songo. Pintu masuk ke ruang utama lebih rendah sehingga orang yang akan masuk ke dalamnya harus menunduk. Hal itu bermakna bahwa manusia hanya tunduk dan menyembah Allah SWT.
Semua tembok bangunan terdiri tumpukan bata merah sehingga membuat masjid ini lebih berwibawa. Pilar-pilar soko guru terbuat dari kayu jati yang kuat dan berjumlah 12.
Penduduk etnis Cirebon beragam sehingga desain masjid Sang Cipta Rasa ini dibangun berdasarkan perpaduan budaya Demak, Majapahit. Sunan Kalijaga membuat ukiran teratai pada mihrab. Di bagian mihrab pun digunakan tiga ubin yang melambangkan tiga ajaran agama: Islam, Iman dan Ihsan. Konon tiga ubin ini dipasang langsung oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga.
Di bagian beranda masjid terdapat banyu Cis Sang Cipta Rasa yang memiliki dua kolam. Banyak masyarakat yang percaya bahwa air ini dapat mengobati penyakit dan untuk menguji kejujuran seseorang. Di bulan Ramadhan seperti sekarang ini banyak penduduk yang datang dari Cirebon atau pun luar Cirebon untuk melakukan shalat fardu maupun shalat sunah.
Beribadah di masjid Sang Cipta Rasa ini memiliki sensasi yang berbeda. Kita akan lebih khusyu saat menyerahkan diri pada sang Maha Pencipta.
Kisah Heroik Saat Azan Pitu di Masjid Sang Cipta Rasa