Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Belajar Daring Terlalu Lama

24 Maret 2021   19:59 Diperbarui: 24 Maret 2021   20:15 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, kapan belajar tatap mukanya. aku sudah bosan belajar terus di rumah. Setiap hari harus on line, mata melotot di depan komputer. Mana banyak tugas yang harus dikerjakan. "

Keluhan seperti itu pasti banyak kita dengar dari anak-anak kita yang masih sekolah SD,SMP,SMA ataupun PT dan harus mengikuti pembelajaran on line.

Pemerintah sudah menetapkan bahwa belajar tatap muka di sekolah akan dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2021 ini. Anak-anak harus mengikuti pembelajaran selama tiga semester. Selama itu pula para peserta didik harus mau berkutat dengan komputer atau gawai mereka agar bisa mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran daring yang cukup lama rentang waktunya pasti menimbulkan dampak positif dan dampak negatif tersendiri bagi para siswa, orang tua maupun guru.

Dampak positif dari pembelajaran daring yang terlalu lama antara lain:

Mengembangkan kemampuan peserta didik pada teknologi informatika. Mereka lebih jago menggunakan komputer dan gawainya sesuai dengan instruksi yang disampaikan guru. Berbagai aplikasi mulai dikenalkan oleh guru, seperti wa, aplikasi pembuatan video, aplikasi powerpoint,  aplikasi belajar dan sebagainya.

Pemanfaatan media dan sumber belajar digital semakin berkembang. Tidak sedikit guru mengajak para siswanya untuk memanfaatkan e-book sebagai sumber belajar. Media belajar pun banyak digunakan seperti you tube, zoom meet, google meet, powerpoint,quiziz dan sebagainya.

  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi ruang dan waktu.
  • Jangkauan pembelajaran daring lebih luas sehingga siswa yang  jarak rumahnya  cukup jauh masih bisa mengikuti pembelajaran tanpa ada rasa takut terlambat.
  • Pembelajaran daring menciptakan komunitas-komunitas belajar yang dipakai sebagai sarana berbagi dan berdiskusi tentang kesulitan belajar yang ditemui.
  • Guru harus mau meningkatkan kemampuan pedagogik dan IT agar bisa menggabungkan kedua hal tersebut dan dapat menciptakan suatu model pembelajaran daring yang menarik bagi peserta didik.
  • Adanya kerja sama antara orang tua dan guru dalam mendidik anak-anak. Komunikasi yang terjalin antara guru dan orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran daring.

Selain dampak positif yang dapat dilihat dalam pembelajaran daring ini, terdapat pula dampak negatifnya, antara lain:

  • Motivasi siswa menurun.
  • Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.(Clayton Alderfer , dalam Nashar, 2004:42).
  • Menurunnya motivasi belajar para siswa   dapat disebabkan oleh  keterbatasan fasilitas seperti gawai dan jaringan, sulitnya sosialisasi dengan teman sekelas, dan materi yang tidak tersampaikan secara maksimal.
  • Menurunnya partisipasi siwa dalam proses pembelajaran,   Menurunnya motivasi siswa akan berimbas pada tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang semakin menurun. Para siswa lebih senang menggunakan gawainya untuk bermain game on line dari pada belajar. Para siswa juga lebih senang menggunakan waktu belajarnya untuk kegiatan- kegiatan lain. Ada beberapa siswa yang memilih bekerja dari pada belajar. Dan dimungkinkan jumlah siswa yang drop out akan bertambah.
  • Menurunnya motivasi dan menurunnya tingkat partisipasi siswa juga akan berpengaruh pada menurunnya hasil belajar siswa .
  • Peningkatan tekanan akibat belajar secara independent. Hal tersebut dapat berdampak untuk  psikologis  siswa. Karakter siswa jadi tidak terkendali. Mereka cenderung tidak peduli dan tidak bertanggung jawab pada tugas yang diberikan guru. Apalagi materi-materi yang dianggap sulit dipahami secara mandiri.
  • Pengembangan karakter positif siswa tidak terlihat dan sulit diukur oleh guru. Pengawasan yang diberikan orang tua yang kurang maksimal dapat membuat siswa tidak disiplin dan tidak beraturan. Mereka melakukan hal-hal yang sekiranya dapat menyenangkan hati meskipun hal tersebut kurang baik.
  • Mudahnya mengakses situs-situs yang tidak bertanggung jawab saat siswa mengikuti pembelajaran menambah parahnya pengembangan karakter positif siswa.

Sebagai seorang pengajar, saya selalu berharap agar Pandemi Covid 19 ini cepat berlalu. Dengan demikian pembelajaran tatap muka dapat Kembali berlangsung di semua sekolah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun