Pandemi Virus Covid-19 sudah berlangsung sejak bulan Maret 2020. Sejak itu pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan peraturan bersama empat menteri untuk memberlakukan kebijakan belajar di rumah atau pembelajaran jarak jauh. Tujuan dari kebijakan itu adalah menyelamatkan para peserta didik dari paparan virus Covid-19.Â
Sejak itu berbagai model pembelajaran daring digunakan oleh para pendidik dari tingkat TK/PAUD,SD.SMP.SMA dan perguruan tinggi. Kebijakan penyederhanaan kurikulum pun dilakukan agar peserta didik atau pendidik tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran jarak jauh.
Salah satu model pembelajaran jarak jauh yang disarankan oleh pemerintah adalah model dalam jaringan(daring). Pembelajaran daring ini bisa menggunakan berbagai aplikasi, antara lain: whatsapp, zoom meet, webex co, rumah belajar,google classroom, google suit, quipper dan sebagainya.Â
Pada masa Pandemi ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan IT yang mumpuni agar proses pembelajaran dilakukan dengan kreatif, inovatif dan dalam kondisi pembelajaran yang menyenangkan.
Berbagai kendala ditemui pada praktik pembelajaran dari pendidik , peserta didik, atau orang tua. Tidak sedikit guru yang masih gagap teknologi harus bekerja keras menyiapkan bahan pemnelajaran dan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mudah, menyenangkan dan dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik.Â
Orang tua pun pasti mengalami kesulitan, terutama dalam pengadaan gawai, pemenuhan kuota gawai, waktu untuk membimbing anak, dan materi pembelajaran yang tidak dipahami. Orang tua harus menggantikan peran guru dalam mengawasi, membimbing, memfasilitasi dan memahamkan pengetahuan kepada anak sementara tidak semua orang tua memiliki waktu penuh di rumah.Â
Para orang tua harus bekerja di luar rumah. Jika orang tua ada di rumah pun, masalah pemahaman materi pelajaran kerap memusingkan mereka. Akibatnya tidak hanya orang tua yang mengalami tekanan namun para siswa pun cemas,bingung tidak memahami materi.
Hal yang sama pun pasti dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan rentang waktu yang cukup panjang proses pembelajaran jarak jauh itu dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi mereka. Pembelajaran untuk ABK membutuhkan pendekatan dan penanganan yang berbeda dengan anak-anak normal.Â
Mereka membutuhkan bimbingan langsung dari guru atau pun pembimbingnya. Mereka akan mengalami kesulitan karena tidak adanya kesinambungan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring.Â
Pemahaman yang mereka dapatkan sebelum pandemi bisa jadi akan hilang. Hal itu disebabkan putusnya komunikasi antara peserta didika ABK dengan guru pembimbingnya. Mereka bisa saja enggan untuk bersekolah lagi.
Pembelajaran daring bagi para ABK hendaknya menggunakan  model pembelajaran yang mudah, menyenangkan dan membuat para siswa merasa dapat berinteraksi langsung dengan guru.Â