Kompas TV lewat acara Aiman, misalnya, mencoba menggali berbagai sumber yang berhubungan dengan latar belakang peristiwa mengenaskan terkait kematian Brigadir Yoshua Hutabarat pada 8 Juli 2022 yang hingga kini masih terus dibicarakan khalayak.
Banyak info "baru" yang kita dapatkan dari hasil penyelisikan tersebut, sesuatu yang mungkin juga menjadi informasi tambahan di luar informasi resmi yang dikeluarkan instansi-instansi terkait.
Harian Kompas pun tak henti melakukan inovasi, mulai dari jurnalisme data, jurnalisme investigasi, lalu penggarapan NFT atas konten Kompas masa lalu, hingga pengemasan berita dalam bentuk newsgame, dan lain-lain. Majalah Tempo pun terus melakukan inovasi dalam karya-karya jurnalistik yang dihasilkannya. Sejumlah media daring melakukan hal yang sama, misalnya CNN Indonesia yang membuat juga karya immersive journalism.
Sementara itu, KBR sebagai kantor berita radio mengetengahkan investigasi yang ditampilkan secara audio. Serial yang sudah dimulai sejak pertengahan Agustus lalu adalah upaya KBR untuk menguak fenomena nikah anak.
Investigasi bernama "Disclose" ini akan tampil dalam enam episode dan menggambarkan bagaimana pernikahan anak menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi perempuan dan anak di Indonesia, dan pernikahan anak banyak menyetop impian anak untuk meraih pendidikan lebih tinggi, dan juga yang ingin menggapai cita-cita lain yang lebih tinggi.
Di luar negeri kita pun melihat inovasi banyak ditumbuhkan. Bahkan ada penghargaan khusus, misalnya untuk penggarapan jurnalisme data yang dilakukan kelompok Sigma (sigmaawards.org).
Dari situ kita bisa banyak belajar dari berbagai organisasi berita di luar negeri, dan bahwa pada seorang wartawan freelance di India yang banyak menulis masalah penggelapan data kematian semasa pandemi Covid-19 di sejumlah negara bagian India.
Baca juga : "Metaverse" dan Jurnalisme
Jurnalisme yang berubah
Harus dikatakan, memang jurnalisme hari ini banyak berubah. Bagaimana berita dibuat, bagaimana berita dikemas, bagaimana berita didistribusikan, semua mengalami perubahan.
Belum lagi jika melihat bagaimana respons yang diberikan khalayak atas produk berita tersebut. Romantisisme atas kesuksesan media cetak di masa lalu mungkin juga jangan berlebihan ditunjukkan karena hari ini pun ada banyak karya jurnalistik yang bagus walau dikemas dalam bentuk media daring atau media lainnya.