Perkembanagn IPTEK telah membawa televisi yang bisa dibilang sebagai alat penyalur informasi yang sangat efektif. Berbagai informasi seperti periklanan, berita, gosip dan bahkan hiburan bisa dengan mudah tersampaikan kepada masyarakat. Dan hal ini tentunya membuat para stasuin televisi yang ada untuk membuat acara atau program tayangan yang menjadi kebutuhan masyarakat dengan menyeimbangi kemajuan era globalisasi. Namun sayangnya, dari sederetan stasiun televisi yang ada di Indonesia, sederet acaranya lebih kepada aspek memberikan hiburan dari pada edukasinya. Dan hal ini tentunya berefek pada keseharian masyarakat, atau dengan kata lain televisi meruapakan salah satu pengubah pola hidup masyarakat.
Kini tidak hanya bagi orang tua danremaja saja, bahkan anak-anak pun kini bisa menonton televisi dengan semaunya, dengan tanpa adanya kontrol dari orang tua. Balum lagi ditambah dengan minimnya acara yang bersifat edukasi bagi anak. Dan mungkinsekitar 10-20% saja yang menyajikan tayangan yang layak dan edukatif bagi anak-anak. Itupun entah hanya berapa persen nilai baik yang dapat diperoleh oleh anak-anak. Padahal anak-anak merupakan salah satu konsumen televisi yang tidak bisa di abaikan. Apalagi melihat usianya yang berada pada masa dengan keingin tahuan yang besar dengan tambah dserta cara menirunya yang cepat.
Acara-acara yang ditayangkan ditelevisi tentunya lebih dipandang menarik bagi anak dari pada untuk memandang buku pelajaran. Bagaimana tidak? Televisi yang merupakan alat audio visual dengan gambar-gambar yang begitu menarik, berwarna-warni dengan desain yang enak untuk dilihat tentu membuat anak lebih betah. Televisi menyajikan sesuatu yang memungkinkan para penontonya hanya duduk manis, mendengarkan tanpa adanya suatu usaha keras lain yang dibutuhkan. Lain lagi dengan belajar, belajar menuntut otak anak untuk bekerja. Belum lagi ditambah dengan ketidaksukaan akan akan pelajaran tertentu. Sehingga, akibatknya adalah kebanyakan anak sekarang lebih memilih meluangkan waktunya untuk menonton acara televisi dahulu dibandingkan belajar.
Banyak sekali tentunya acara televisi yang sekarang ini sedang tren di masyarakat termasuk anak-anak. Dan tentu setiap tayangan atau acara televisi yang ada akan ia ambil niali atau maknanya dan ia terapkan dalam dirinya. Berutung jika yang didapat adalah niali yang positif misalnya karakter baik yang menjadi inspirasinya dari film anak yang ditonton untuk seusianya. Namuan bagaimana dengan niali-niali negatif yang malah didapat? Jika diperhatikan dari keseluruhan waktu anak lepas dari aktivitas sekolahnya, maka acara yang disajikan televisi cenderung lebih pada sinetron dan sangat sedikit sekali yang edukatifnya. Bahkan film anak-anak pun seperti kartun terkadang memakai bahasa yang kurang baik, mneyajikan tokoh dengan gaya yang berlebihan, dan bahkan isi ceritanya pun dirasa kurang mendidik.
Disamping itu, acara televisi yang lagi booming seperti acara televisi dengan menciptakan trian-tarian dan menari bersama, juga telah menyedot perhatian anak-anak. Memang itu merupakan suatu ekplorasi kreasi seni yang baik dan memang sangat menghibur, namun yang disayangkan adalah penayangannya yang seharusnya dibatasi. Jangan sampai hanya karena mengejar rating penonton tertinggi, pihak stasiun televisi mengabaikan siapa saja penontonya. Selain itu, sekarang bayak perilaku anak sekolah yang tidak mencerminkan sebagai anak sekolah. Hal ini dapat diambil contoh adalah masalah tawuran antar pelajar SMA yang mungkin sudah tidak asing lagi, bahkan tawuran antar pelajar SMP. Dari gaya berpakaianpun, sekarang banyak sinetron tentang sekolah dengan berbagai mode pakaian sekolah yang justru menyimpang dari pakaian sekolah yang seharusnya. Misal baju yang dikeluarkan, ukuran baju yang ketat. Serta gaya dandanan seperti model rambut yang entah seperti apa (cukuran yang didak rata dengan memberi garis-garis), yang mungkin itu adalah seni yang dituangkan di atas kepala oleh para pencukur rambut atau entah apa tujuannya.
Untuk itu, idealnya adalah bagaimana agar acara televsi itu lebih memperhatikan anak-anak dengan meningkatkan tayangan edukasi dari pada hiburannya. Serta adanya pengaturan tentang jadwal tayangan acara televisi yang sebisa mungkin tidak pada waktu anak belajar. Msalnya antara rentang waktu dari mulai sore sampai pukul 21.00 WIB, dimana pada waktu ini televisi tidak menayangkan acara atau rogram untuk anak-anak. Biarlah mereka untuk belajar dan tidak tertarik pada acara televisi pada waktu itu. Dan alangkah baiknya jika acara atau program untuk anka ditayangkan pada waktu mereka istirahat, misal beberapa menit setelah jadwal pulang sekolah, sekitar jam 13.00 WIB. Agar dalam lelahnya aktivitas mereka di sekolah, mereka dapat bersantai sejenak sambil makan siang. Dan satu hal yang paling penting adalah adanya peranan orang tua dalam membimbing, memngontrol maupun memilihkan acara televisi yang tepat bagi anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H