'...Nah, itu perasaan orang Indonesia tuh... Begitu dia sedih, dengg, beli langsung. Nahhh, itu jualannya...'. Penggalan kalimat komentar Beby Romeo pada Road To Grand Final tadi malam. Papa Beby merupakan penyanyi, komposer, dan produser yang berhasil mengorbitkan penyanyi tenar, contohnya Afgan. Teknik-teknik marketing tentulah dikuasainya dengan baik, agar penyanyi yang di orbitkannya bisa tenar. Pengalamannya di dunia industri musik tanah air juga diterapkan olehnya ketika menjadi mentor finalis XFI berkategori 'over age'.
Air mata tentu tidak hanya dikonotasikan sebagai bagian dari kesedihan, namun juga berklasifikasi sebagai ekspresi kebahagiaan. Banyak orang yang mengeluarkan air mata ketika diumumkan lulus ujian, diterima dalam suatu pekerjaan sesuai keinginan, bertemu sahabat lama yang bertahun-tahun menghilang, kelahiran anak, dan momen membahagiakan lainnya. Ekspresi kesedihan dengan air mata tentu sangat lumrah dan berlaku umum. Air mata tidak akan bisa dibendung jika kita kehilangan orang terkasih atau terkena musibah berbagai macam yang mengaduk-aduk emosi secara mendalam. Kejadian sedih dan gembira itu akan mengalirkan air mata secara murni dan bukan direkayasa.
Apakah ada orang menangis karena rekayasa? Ada dan banyak sekali jenisnya. Pemeran lakon layar kaca, layar lebar, pertunjukan off-air juga akan mengeluarkan air mata jika skenario alur ceritanya megharuskan sang bintang ber akting demikian. Seorang pencopet yang tertangkap basah oleh massa akan menunjukkan wajah memelas dan air mata sebagai tameng agar tidak sampai babak belur. Pengemis di jalanan banyak yang berkeinginan menarik simpati dengan air mata, denagn tujuan agar dermawan yang melihatnya merasa iba dan rela mengeluarkan rupiah untuknya. Anak Balita akan mempergunakan air matanya sebagai bentuk intimidasi kepada orang tuanya agar tidak dimarahi ketika berbuat salah, dan keinginan sang balita tersebut terkabulkan.
Teknik marketing berteori 'jualan air mata kesedihan' juga jamak terjadi di blantika industri musik Indonesia. Teknik jualan ini tentu untuk satu tujuan yaitu agar dagangannya laku. Pembaca masih ingat dengan Ikhsan finalis Indonesia Idol kan? Beberapa kali air matanya mengalir di ajang kompetisi nyanyi di Indonesia beberapa tahun yang lalu, dan hasilnya adalah sang Idol menjadi juara satu. Cerita tentang keluarganya yang mendayu-dayu telah berhasil memikat voter sms ertinggi dibandingkan kontestan lainnya.
Beby Romeo-pun menerapkan strategi air mata ini pada anak mentee-nya bernama Novita Dewi. Berbagai skenario telah dibuatnya untuk meng-gol-kan anaknya ini menjadi juara satu. Terhitung beberapa kali Novita ini menangis bak cry-baby di beberapa gala XFI. Tangisan bombay pertama Novita adalah ketika di atas panggung Gala diingatkan masalah musibah kehilangan adik kandungnya ke hadirat Yang Maha Kuasa. Sontak, meluncurlah air matanya sederas arus sungai nil. Adakah hubungan antara kehilangan keluarga dengan kemampuan teknik nyanyi dan perform panggung? Tentu tidak ada sama sekali. Banyak orang di luar sana yang tidak mau mencampur adukkan urusan yang bersifat 'private' dan memperlihatkannya ke publik. Terlebih publik tersebut bukanlah orang-orang terdekat dan tidak dikenal sama sekali. Mayoritas orang beranggapan bahwa mencampuradukkan urusan private dengan public itu tidak proporsional dan tidak profesional. Lain halnya jika air mata kesedihan memang ditujukan untuk sekedar mencari simpati.
Tangisan lainnya terjadi lagi tadi malam, ketika Novita melakukan prolog narasi pembuka sebelum tampil menyanyikan lagu kemenangan,'Musik buat aku adalah 'the big part of my life. Pertama kali aku mengenal musik itu dari Papiku. dari kecil, aku memang sering dibawa sepanggung sama Papi. Papi nyanyi dimana aku dibawa. Kuliah, baru pertama kali aku dibiarin menyanyi di Cafe. Itupun di larang larang tapi akhirnya dibolehkan. Beberapa bulan yang lalu sebelum x factor, aku tuh sering membayang bayangkan ada di kompetisi yang besar seperti yang sudah sudah ada. Omongan dari adikku yang sudah meninggal, dia berbicara,'Kakak suatu saat pasti berhasil di musik.' Akhirnya apa yang aku impikan tercapai juga. Perubahan yang aku alami setelah aku dimentori oleh Papa Bebi, aku lebih tau lagi industri musik itu seperti apa. Aku ada di tiga besar ini bukan hanya mimpiku tapi mimpi orang tuaku. Melihat senyum mereka itu membuat aku termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Aku bersyukur ada x factor di Indonesia'.
Tangisan terkhir Novita Dewi ada ketika menjawab pertanyaan Host Robbi Purba tentang rasanya berhasil masuk Grand Final XFI, setelah kontestan ini menyanyikan lagu kemenangan'. Terharu. Aku mau mengucapkan terimakasih terlebih utama kepada Tuhan. Dan juga kepada seluruh pendukung, kepada kedua orang tuaku, adik-adikku dan keluargaku, dan semua pendukung di Indonesia. Terimakasih. Indonesia, Novita Dewi Marpaung bangga sama Indonesia'. Kalimat sambutan yang mirip-mirip dengan sambutan pemenang yang memenangkan suatu penghargaan untuk suatu ajang yang pesaingnya adalah peserta dari luar negeri, dan bukan ajang kompetisi lokal dengan pesaing yang keseluruhannya adalah sesama warga negara Indonesia.
Menerapkan strategi apapun untuk mencapai suatu kemenangan adalah sah-sah saja. Seluruh kontestan tentu akan berusaha menerapkan strategi apapun untuk menjadi juara satu. Terlebih tinggal tersisa dua besar di ajang XF ini. Strategi yang lebih luar biasa telah disiapkan oleh tim sukses masing-masing kontestan. Termasuk juga 'strategi sekenario air mata' ini. Novita Dewi dan tim suksenya rupanya tidak cukup percaya diri dengan kemampuan musikalitas yang dimiliki sang kontestan. Konon, pencapaian suara Novita Dewi juga mencapai 6 oktaf, satu atau dua tingkat dibawah oktaf Diva Celline Dion.
Usia matang, pengalaman dan jam terbang manggung Novita Dewi pun tidak cukup meyakinkan dirinya sendiri untuk fair play memenangkan suatu ajang pencarian bakat dengan rival seorang anak remaja pemula di dunia tarik suara. Begitu juga modal kemenangannya dalam suatu Festival Musik Internasional di Kazakhstan dan released album dibawah label terkenal,tidak membuatnya berani berjuang menuju titik darah penghabisan tanpa strategi derai air mata. Ketika seseorang sudah berikrar menjadikan sesuatu sebagai 'profesi' nya, tentu orang tersebut akan bertindak dan bertingkah laku profesional. Tidak dengan suatu strategi menarik simpati lebay dan berkategori tidak profesional dan terkesan 'amatiran'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H