Mohon tunggu...
Nina Firsta
Nina Firsta Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang berkonsentrasi penuh di bilik termenung, menunggu wangsit lalu menuangkannya ke dalam coretan sederhana..\r\n\r\nhttp://firsta-tesismanajemenkonflik.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sampeyan kok Kasar

13 April 2013   03:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:17 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sampeyan kok kasar ya, apa mungkin karena Sampeyan dari daerah JT ya? "Ndak gitu, Bu, logat kita memang begini, bukan kasar, tapi memang begini." Saya pikir, orang ini kasar sekali, walaupun kata-katanya halus, kok tegel (mampu/tega) banget ngatain orang lain kasar di depannya langsung. Kasar kan menurut kamu menurut kita, kita biasa saja. Hanya karena logat kita yang berbeda, intonasi suara yang agak keras, mimik wajah yang ekspresif, apakah bisa dengan seenaknya dikatakan kasar walaupun makna yang dikandung tidak mengandung unsur menyakitkan atau kasar. Apakah tidak sebaliknya, orang yang bermimik wajah lembut, bersuara santun tapi maknanya sangat dalam dan menyakitkan. Berkata halus di depan kita tapi di belakang kita bagai racun dunia. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, itu yang benar-benar mereka camkan pada saya sebagai pendatang di kota wisata ini. Ya, saya mencoba untuk terus berusaha menjadi lemah lembut tanpa harus meninggalkan jati diri saya yang apa adanya tanpa kepalsuan dengan tampilan air muka dari dalam hati. Saya kadangkala bisa bersandiwara tapi sayangnya lebih sering gagalnya daripada suksesnya. Tujuh tahun terlewati dengan susah payah penuh dengan penderitaan di kota ini, apakah karena hawa perusahaan tempat  saya bernaung ini yang tidak sehat. Pagi siang malam bekerja tanpa sedikitpun ada kelegaan penghargaan akan perbedaan dan keragaman. Tapi bayangan tentang profil perusahaan saya yang mengerikan langsung musnah setelah saya pindah ke daerah asal saya.  Betul-betul di luar dugaan, lingkungan perusahaan sangat sehat, manusia-manusia yang bercokol di dalamnya tidak saling usil, masyarakat pun bersikap apa-adanya tidak tedeng aling-aling. Suka bilang suka, tidak bilang tidak. Bukankah itu yang kita maui, kejujuran bukan kepalsuan. Tadinya saya berniat keluar dari perusahaan ini. Tapi setelah saya pindah area tugas, saya mendapati sebuah lingkungan kerja yang menyenangkan dan masyarakat yang benar-benar melihat kami dengan cara yang berbeda. Karena kami tidak suka usil, para pendatang dari daerah lain pun tidak pernah kita cap mereka sebagai "si palsu", atau "si sok halus", dan lain-lain. Kita menerima mereka apa adanya sebagai suatu ciri khas, sebagai suatu keindahan, keanekaragaman. 'Mereka' yang suka  menganggap 'orang daerah lain' itu sebagai orang kasar,  kita melihatnya sebagai orang yang lucu, dengan intonasi suara yang menggelikan dan menghibur.  Bukankah sebenarnya semua itu hanya terletak dari cara pandang kita. Nah, mengapa anda tidak sedikit demi sedikit melongok keluar dari tempurung emasmu, meloncatlah keluar, berjalanlah lambat menyusuri pantai, duduk di gelapnya malam, nikmati angin sepoi-sepoi, menatap ke langit pekat bertaburkan bintang dan terangnya cahaya bulan. Bukankah lebih indah ? Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-beda tapi tetap satu jua

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun