[caption id="" align="alignleft" width="365" caption="Amazing Beautiful Greatwall"][/caption]
Tahun 2008 saya ke Negeri Tirai Bambu untuk melaksanakan tugas belajar, pesertanya dari negara anggota Asean plus Korsel dan Turki. Ini adalah pengalaman pertama saya pergi keluar Indonesia. Saya pergi ke sana bersama dengan seorang rekan sejawat, wanita, satu instansi tapi berbeda kota. Dia mengaku sering ke Luar Negeri, hahaha.... ngakunya sih begitu. Ah... si Mbak sukanya ngaku-ngaku.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="My Campuss for 2 Semester"][/caption]
Dua semester di Beijing, saya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada mentalitas orang China. Mereka luar biasa daya juangnya dalam keseharian, dalam bekerja, menimba ilmu, dan lain sebagainya.
Menurut orang Eropa biaya hidup di sana murah tapi tidak seperti yang saya rasakan. Seperti laiknya hidup di Jakarta, dibilang mahal bisa, murah juga bisa. Contohnya saja, sayuran seharga 17 ribu rupiah di Beijing hanya mendapatkan sayur tiga ikat, tomat, dan sejumput lombok, lumayan mahal menurut saya.
[caption id="" align="aligncenter" width="378" caption="Tough life as well"]
Saat musim dingin tiba menyentuh minus derajat celcius, berlapis-lapis memakai baju khusus musim dingin. Tapi, pada saat musim panas yang wow bisa mencapai 40°C kita harus memakai baju yang menyesuaikan. Dan bila kita ingin membeli baju musim dingin pada saat musim panas, dipastikan takkan ditemukan dijual di toko manapun. Kalau di Indonesia, pakaian yang dijual akan bertahan selamanya di toko, sampai akhirnya laku dan di-sale karena tidak up to date lagi. Bayangkan saja berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli pakaian sesuai dengan musimnya. Buat kita di sini tidak perlu bingung dengan jenis pakaian untuk musim dingin atau musim panas, cukup satu model baju untuk segala musim.
Musim panas sangat butuh Air Conditioner, musim dingin terasa menyiksa dan harus memakai heater. Tapi di mata saya, orang RRC tetap terlihat bahagia dengan kehidupannya yang serba pas-pasan, sangat kontradikif dengan apa yang digembar-gemborkan di media tentang kebangkitan cina.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Inside my campuss, sebelah kiri dan kanan adalah fasilitas olahraga untuk mahasiswa, gratis. Missing BFSU"]
Satu hal disana yang sangat saya rindukan di Indonesia adalah di RRC tidak ada tukang bakso lewat, tidak ada tukang sayur lewat depan rumah, tidak ada penjual rujak, penjual es, penjual soto, penjual sapu, atau tukang sol sepatu. Jadi saya harus sedikit ekstra berusaha untuk mencari makanan atau kebutuhan lainnya, menggunakan kostum berlapis sepuluh -hiperbola saja-, keluar dari apartemen dan langsung disambut dinginnya suhu yang menggigit.
[caption id="" align="aligncenter" width="399" caption="Tian An Men in Winter"]
Nah yang satu ini lagi, seburuk-buruknya WC umum di Indonesia, tidak akan sepesing WC umum di RRC. Sebagusnya, seindahnya, seluar-biasanya objek wisata di RRC -bukan hanya di Beijing-, anda harus siap-siap membawa air kemasan atau tissue basah karena tidak tersedia air untuk membasuh. Kecuali di beberapa propinsi RRC, seperti di Propinsi Yunnan (mayoritas muslim). Tutup hidung rapat-rapat, aroma khasnya bisa menjangkau radius 30 meter. Hehehe.
Yang jelas bukan karena mereka tidak aware terhadap kebersihan, tapi mungkin lebih kepada hal tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka. Itu juga bukan hal yang tidak wajar atau suatu yang patut dianggap salah. Tapi coba dibayangkan bila bau itu ada di dalam gedung, pada saat musim dingin dan tidak ada udara luar masuk. Hmmm..., anehnya lagi mereka kelihatannya biasa-biasa saja, tidak merasa risih. Tapi kok ya saya jadimerasa sedih dan kasihan...
[caption id="" align="aligncenter" width="298" caption="Agak bagusan, nggak tega kasih gambar yang biasa saya temui hehe.."]
Suatu saat di kota lain, saya bersama teman-teman seperjuangan berkunjung ke asrama yang terletak masih di dalam lingkungan sebuah perguruan tinggi. Walaupun udara sudah terasa sangat dingin dan disertai angin, pemanas sentral belum juga dinyalakan. Katanya, mungkin masih sebulan kemudian baru akan dinyalakan. Salut..!
Mereka mandi hanya sekali sehari. Saat musim panas mandi sebelum tidur malam dan pada saat musim dingin mandi di sore hari sebelum matahari terbenam atau sebelum dingin lebih menusuk. Hal ini sudah menjadi budaya mereka dan mereka bangga mengenalkan budaya ini kepada foreigner.
Buah-buahan, di negeri kita terdapat ratusan jenis buah-buahan yang bisa tumbuh dimana saja dan terbeli dengan harga yang cukup murah. Kadangkala tanpa ditanam pun dapat tumbuh sendiri. Disanacontohnya, buah pisang hanya pisang sejenis pisang ambon atau pisang susu, tapi hanya tersedia seminggu sekali karena didatangkan dari luar Beijing. Dan jangan berharap bisa menemukan pohon mangga keleleran di pinggir jalan. Di sana hanya ada beberapa jenis pohon yang mampu bertahan di segala musim tapi kita juga tidak bisa melihat hijaunya daun sepanjang musim.
Bunga-bunga yang indah yang ditemui saat musim panas di setiap sudut kota Beijing adalah tanaman dalam bentuk pot-pot kecil yang dikeluarkan pada saat musim semi dan panas saja. Benar-benar usaha yang njlimet. Jempol...!
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Saluuuuut....!"]
Di negeri kita tidak terhitung laundry murah kiloan, penjual makanan sampai penjual perabotan rumah tangga lewat di depan rumah, tukang tambal ban, dan warung kopi dimana-mana. Di sana tidak ada satupun warung kopi kecuali Starbucks. Sungguh merupakan siksaan tersendiri bagi saya penikmat kopi.
Indahnya Indonesia akan benar-benar terasa saat kita tidak berada di negeri sendiri dalam waktu yang relatif lama. Mungkin ada benarnya kata orang-orang "luar" yang sering saya dengar, Indonesia adalah surganya dunia dengan segala hiruk-pikuknya, kesemrawutannya, dan keindahan alamnya. Segarnya adzan shubuh, hijau daun sepanjang tahun, keberagaman sukunya, keanekaragamanan budayanya, tidak akan ada duanya di dunia ini.
Aku Cinta Indonesia.
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H