Mohon tunggu...
Nina Catharina
Nina Catharina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Surabaya. Saya menempuh program studi S1 Teknologi Pendidikan semenjak tahun 2021.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generational Comparison and Its Implications for Instructional Design

18 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Pada saat ini sekolah maupun perguruan tinggi menjadi tempat yang beragam, terutama dalam hal generasi siswa yang berbeda. Seringkali dijumpai dalam satu kelas terdapat berbagai macam generasi, seperti Generasi Z (Gen Z), Generasi Y (Milenial), atau bahkan mungkin Generasi Baby Boomers. 

Menurut Manheim (1952) generasi adalah suatu konstruksi sosial dimana didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama. Lebih lanjut Manheim (1952) menjelaskan bahwa individu yang menjadi bagian dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama.

Menurut Kupperschmidt (2000) dalam Putra (2017) mengatakan bahwa generasi adalah sekelompok individu yang mengidentifikasi kelompoknya berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan kejadian -- kejadian dalam kehidupan kelompok individu tersebut yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka.

Setiap generasi ini memiliki pengalaman hidup, nilai-nilai, preferensi belajar, dan cara berinteraksi yang unik. Oleh karena itu, saat merancang program pendidikan atau strategi pengajaran, penting untuk mempertimbangkan perbedaan dan persamaan ini dalam sikap, preferensi, dan gaya belajar generasi terpilih agar pendekatan pendidikan dapat lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Analisis Generasi

Generasi baby boomers adalah mereka yang lahir antara tahun 1946 - 1964. Dikatakan generasi Baby Boomer karena adanya ledakan angka kelahiran setelah Perang Dunia II. Menurut Warner and Sanberg (2010) Generasi ini dikenal sebagai pekerja keras yang bersedia bekerja ekstra dan mendefinisikan profesionalisme dengan prestasi mereka. Boomers juga disebut "Me Generation" karena mereka cenderung lebih fokus pada kesejahteraan pribadi daripada kelompok. Mereka mengejar kepuasan pribadi, kesehatan dan pertumbuhan pribadi. (Mulyanti, 2021, 81)

Generasi X adalah generasi yang lahir antara akhir 1960-an hingga awal 1980-an. Menurut Jurkiewicz (2000) generasi X lahir pada tahun -- tahun awal dari perkembangan teknologi dan informasi seperti penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet.  (Putra, 2023).

Generasi X sering dianggap sebagai generasi mandiri dan otonom. Mereka tumbuh dalam era dimana teknologi belum umum seperti sekarang, jadi mereka mungkin lebih terbiasa dengan pemecahan masalah manual. Mereka lebih cenderung memprioritaskan stabilitas pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Generasi X cenderung belajar dengan metode yang lebih konvensional, seperti pembelajaran linear dan penekanan pada struktur kurikulum yang terstruktur. Ciri - ciri gaya belajar generasi X sebagai berikut : 1) Belajar secara cepat dan efisien; Menjelaskan suatu pelajaran pada generasi X tidak bisa bertele-tele. Mereka menyukai penjelasan yang singkat dan to the point. 2) Hanya mau mempelajari hal yang akan langsung memberikan manfaat; Generasi X menyukai petunjuk belajar yang rinci dan rangkuman contoh contoh soal yang sekiranya akan ditanyakan saat ujian. 3) Menyukai waktu belajar yang fleksibel; Belajar secara individu akan lebih disukai oleh generasi X, karena mereka bisa bebas mengatur seberapa cepat mereka belajar dan kapan mereka akan belajar. (Bahrawi, 2020, 32)

Generasi Millenials, yang terlahir antara tahun 1981 hingga 2000, memiliki ciri-ciri berikut: 1) Mereka lebih suka pembelajaran berkelompok daripada pembelajaran individu, berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi ini merasa lebih nyaman dalam melakukan aktivitas pemecahan masalah bersama dalam kelompok kecil. 2) Teknologi sudah menjadi bagian dari hidupnya. Mereka sangat terbiasa dengan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya Oleh karena itu, mereka cenderung menggunakan teknologi sebanyak mungkin saat belajar. 3) Mereka memiliki kecenderungan menyukai experiential learning, yang merupakan metode di mana siswa belajar melalui pengalaman langsung. Ini berarti pendidik tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam praktik. Dengan demikian, siswa menjadi lebih berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan tambahan dari pengalaman mereka sendiri. (Bahrawi, 2020, 32)

Generasi Z merupakan sebutan bagi kelompok generasi yang lahir sekitar pertengahan dekade 1990-an hingga awal dekade 2010-an. Mereka dikenal karena tumbuh dan berkembang di tengah era teknologi digital yang mengalami kemajuan pesat, seperti internet, ponsel pintar, jejaring sosial, dan berbagai perangkat elektronik lainnya. 

Generasi Z memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Lebih suka metode belajar berdasarkan pengalaman langsung (learning by doing), mirip dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih suka mencoba, bereksperimen, atau melakukan praktik daripada hanya duduk di kelas; 2) Mampu melakukan banyak tugas secara bersamaan (multitasking), yang merupakan salah satu keahlian generasi ini. Mereka memiliki kemampuan untuk menangani berbagai tugas secara simultan dan dapat mempelajari banyak hal dalam satu waktu; 3) Menghargai kejelasan tujuan di awal pembelajaran dan umpan balik yang cepat. Sebelum mereka mulai belajar, generasi Z perlu mengetahui topik apa yang akan dipelajari dan harapan hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut. (Bahrawi, 2020, 32)

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, gen Z cenderung lebih memilih pembelajaran yang berbasis teknologi, seperti video pembelajaran, pembelajaran daring, dan aplikasi pembelajaran interaktif.

Digital Immigrant vs. Digital Native

Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa munculnya generasi baru yang memiliki pola pikir yang terkait erat dengan teknologi tersebut. Generasi ini tumbuh bersama dengan teknologi yang sudah ada sejak usia dini mereka..

Digital immigrant dan digital native adalah dua konsep yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan dan pemahaman teknologi digital di antara individu berdasarkan generasi. Istilah "digital immigrant" dan "digital native" pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky pada tahun 2001. (Prensky, 2001)

Digital immigrants merujuk kepada individu yang lahir sebelum tahun 1980. Mereka memiliki pengalaman dalam berinteraksi dengan komputer melalui komunikasi langsung. Mereka juga tumbuh dalam era tatap muka yang mengharuskan tugas-tugas offline dan menggunakan materi berbasis kertas. Generasi ini cenderung lebih mengandalkan metode konvensional dalam menyesuaikan diri dengan teknologi baru dibandingkan dengan generasi digital native. Contoh digital immigrant adalah generasi Baby Boomer dan sebagian besar dari Generasi X.

 Di sisi lain, generasi digital native adalah mereka yang lahir setelah tahun 1980. Mereka dibesarkan dalam era di mana sumber pembelajaran sangat beragam.Digital native lebih cenderung untuk mengadopsi gaya pembelajaran yang melibatkan teknologi, seperti pembelajaran online, video pembelajaran, dan platform e-learning. Mereka mungkin memiliki ekspektasi untuk pembelajaran yang lebih interpersonal melalui teknologi, seperti tutor online atau diskusi kelompok virtual. Contoh digital native adalah Generasi Z dan Generasi Alpha.

Pemahaman tentang bagaimana kesenjangan digital telah membentuk pengalaman dan harapan individu dapat membantu pendidik dan perencana kebijakan dalam merancang pendekatan yang lebih inklusif dan efektif dalam mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan. Ini juga penting dalam menangani kesenjangan digital dan memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang setara dalam mengakses pendidikan berbasis teknologi.

Implikasi terhadap Desain Instruksional

Generasi Y dan Z memiliki ciri-ciri dan preferensi yang khas, dan kesamaan antara keduanya sangat mencolok. Faktor-faktor seperti cara berkomunikasi, cara belajar, dan integrasi teknologi dapat mempengaruhi perancangan pembelajaran.

Generasi Y dan Z lebih suka menggunakan alat komunikasi digital dan memiliki gaya berkomunikasi yang informal. Oleh karena itu, dalam perancangan pembelajaran, penting untuk mencakup berbagai metode komunikasi, baik yang bersifat tatap muka maupun yang bersifat virtual. Mereka lebih memilih metode pembelajaran yang fleksibel, interaktif, dan kolaboratif, baik dalam konteks pembelajaran online maupun offline. Oleh karena itu, pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek, diskusi online, atau kegiatan berkelompok yang memanfaatkan sumber daya yang dapat diakses oleh peserta didik. Diharapkan teknologi dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai alat pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

Pendekatan konstruktivisme dan konektivisme mungkin lebih cocok untuk mereka para generasi Y dan generasi Z yang cenderung lebih terbiasa dengan pembelajaran yang bersifat fleksibel dan terbuka.

Menghadapi tantangan yang berkaitan dengan memahami berbagai latar belakang generasi, termasuk kesulitan dalam memenuhi kebutuhan semua siswa, mengatasi perbedaan dalam gaya belajar, dan memastikan bahwa seluruh siswa memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembelajaran, merupakan hal yang penting. Namun, dalam situasi ini, juga terdapat peluang untuk memanfaatkan keberagaman generasi dalam ruang kelas untuk memperkaya pengalaman pembelajaran dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif serta dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan siswa.

USULAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Generasi Y dan Z adalah generasi yang tumbuh dan berkembang di era digital. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dapat mengakomodasi kebutuhan dan preferensi dari berbagai generasi di kelas. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah strategi Cooperative Learning.

Sebagai contoh, pada mata pelajaran IPS (Sejarah) siswa diberikan tugas kelompok untuk membuat presentasi atau diskusi kelompok tentang suatu topik tertentu. Siswa antara satu sama lain dapat berdiskusi dan saling bekerja sama. Hal ini dapat memberikan peluang kepada siswa dan dalam memahami konsep sejarah dan meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan.

Selain itu pemanfaatan teknologi yang tepat juga dapat membantu memenuhi kebutuhan dan preferensi peserta didik. Misalnya penggunaan platform online seperti, Google Docs, Zoom, Edmodo, dan lain - lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dari berbagai generasi, baik digital immigrant maupun digital native, dapat disimpulkan bahwa setiap generasi memiliki karakteristik dan preferensi yang berbeda. Generasi yang lebih muda cenderung lebih bersahabat dengan teknologi, sementara generasi lebih tua mengalami kesulitan dalam penggunaan teknologi.

Dampaknya pendidik perlu mempertimbangkan berbagai faktor saat merancang dan melaksanakan pembelajaran. Pendidik harus memilih dan memanfaatkan teknologi yang sesuai untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang inklusif dan adaptif.

Generasi Y dan Z sebagai contoh generasi yang tumbuh pada era berkembangnya teknologi digital. Salah satu strategi yang dapat diterapkan saat kegiatan pembelajaran adalah Cooperative Learning. Sebagai contoh pada materi sejarah, siswa dapat diberikan tugas kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka bersama kelompok. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan mendengarkan. Selain itu pemanfaatan teknologi yang sesuai dapat mengakomodasi kebutuhan dan preferensi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Bahrawi, N. (2020). Analysis of Factors That Influence The Preference of Cognitive Style Learning Model when Using Technology Devices. Journal Pekommas, 5(1), 31. https://doi.org/10.30818/jpkm.2020.2050104 

Mulyanti, R. Y. (2021). PERBEDAAN NILAI-NILAI KERJA  GENERASI BABY BOOMER, GENERASI X DAN GENERASI Y  (survey pada karyawan hotel provinsi jawa barat). Jurnal Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen, 11(1), 79–91. https://doi.org/10.37932/j.e.v11i1.251 

Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrants part 1. On the Horizon, 9(5), 1–6. https://doi.org/10.1108/10748120110424816 

Putra, Y. S. (2017). THEORITICAL REVIEW : TEORI PERBEDAAN GENERASI. Among Makarti, 9(2). https://doi.org/10.52353/ama.v9i2.142 

Rahmawati, D., Lumakto, G., & Danial Kesa, D. (2020). Generasi Digital Natives dalam Praktik Konsumsi Berita di Lingkungan Digital. Communications, 2(2), 74–98. https://doi.org/10.21009/communications.2.2.5


NB : Artikel ini diposting untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode dan Model Pembelajaran. Artikel ini disusun oleh Albrinda Nur Fadilah (001) dan Nina Catharina (026)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun