Mohon tunggu...
Nina Catharina
Nina Catharina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Surabaya. Saya menempuh program studi S1 Teknologi Pendidikan semenjak tahun 2021.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generational Comparison and Its Implications for Instructional Design

18 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Lebih suka metode belajar berdasarkan pengalaman langsung (learning by doing), mirip dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih suka mencoba, bereksperimen, atau melakukan praktik daripada hanya duduk di kelas; 2) Mampu melakukan banyak tugas secara bersamaan (multitasking), yang merupakan salah satu keahlian generasi ini. Mereka memiliki kemampuan untuk menangani berbagai tugas secara simultan dan dapat mempelajari banyak hal dalam satu waktu; 3) Menghargai kejelasan tujuan di awal pembelajaran dan umpan balik yang cepat. Sebelum mereka mulai belajar, generasi Z perlu mengetahui topik apa yang akan dipelajari dan harapan hasil dari kegiatan pembelajaran tersebut. (Bahrawi, 2020, 32)

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, gen Z cenderung lebih memilih pembelajaran yang berbasis teknologi, seperti video pembelajaran, pembelajaran daring, dan aplikasi pembelajaran interaktif.

Digital Immigrant vs. Digital Native

Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa munculnya generasi baru yang memiliki pola pikir yang terkait erat dengan teknologi tersebut. Generasi ini tumbuh bersama dengan teknologi yang sudah ada sejak usia dini mereka..

Digital immigrant dan digital native adalah dua konsep yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan dan pemahaman teknologi digital di antara individu berdasarkan generasi. Istilah "digital immigrant" dan "digital native" pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky pada tahun 2001. (Prensky, 2001)

Digital immigrants merujuk kepada individu yang lahir sebelum tahun 1980. Mereka memiliki pengalaman dalam berinteraksi dengan komputer melalui komunikasi langsung. Mereka juga tumbuh dalam era tatap muka yang mengharuskan tugas-tugas offline dan menggunakan materi berbasis kertas. Generasi ini cenderung lebih mengandalkan metode konvensional dalam menyesuaikan diri dengan teknologi baru dibandingkan dengan generasi digital native. Contoh digital immigrant adalah generasi Baby Boomer dan sebagian besar dari Generasi X.

 Di sisi lain, generasi digital native adalah mereka yang lahir setelah tahun 1980. Mereka dibesarkan dalam era di mana sumber pembelajaran sangat beragam.Digital native lebih cenderung untuk mengadopsi gaya pembelajaran yang melibatkan teknologi, seperti pembelajaran online, video pembelajaran, dan platform e-learning. Mereka mungkin memiliki ekspektasi untuk pembelajaran yang lebih interpersonal melalui teknologi, seperti tutor online atau diskusi kelompok virtual. Contoh digital native adalah Generasi Z dan Generasi Alpha.

Pemahaman tentang bagaimana kesenjangan digital telah membentuk pengalaman dan harapan individu dapat membantu pendidik dan perencana kebijakan dalam merancang pendekatan yang lebih inklusif dan efektif dalam mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan. Ini juga penting dalam menangani kesenjangan digital dan memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang setara dalam mengakses pendidikan berbasis teknologi.

Implikasi terhadap Desain Instruksional

Generasi Y dan Z memiliki ciri-ciri dan preferensi yang khas, dan kesamaan antara keduanya sangat mencolok. Faktor-faktor seperti cara berkomunikasi, cara belajar, dan integrasi teknologi dapat mempengaruhi perancangan pembelajaran.

Generasi Y dan Z lebih suka menggunakan alat komunikasi digital dan memiliki gaya berkomunikasi yang informal. Oleh karena itu, dalam perancangan pembelajaran, penting untuk mencakup berbagai metode komunikasi, baik yang bersifat tatap muka maupun yang bersifat virtual. Mereka lebih memilih metode pembelajaran yang fleksibel, interaktif, dan kolaboratif, baik dalam konteks pembelajaran online maupun offline. Oleh karena itu, pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek, diskusi online, atau kegiatan berkelompok yang memanfaatkan sumber daya yang dapat diakses oleh peserta didik. Diharapkan teknologi dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai alat pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

Pendekatan konstruktivisme dan konektivisme mungkin lebih cocok untuk mereka para generasi Y dan generasi Z yang cenderung lebih terbiasa dengan pembelajaran yang bersifat fleksibel dan terbuka.

Menghadapi tantangan yang berkaitan dengan memahami berbagai latar belakang generasi, termasuk kesulitan dalam memenuhi kebutuhan semua siswa, mengatasi perbedaan dalam gaya belajar, dan memastikan bahwa seluruh siswa memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembelajaran, merupakan hal yang penting. Namun, dalam situasi ini, juga terdapat peluang untuk memanfaatkan keberagaman generasi dalam ruang kelas untuk memperkaya pengalaman pembelajaran dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif serta dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan siswa.

USULAN STRATEGI PEMBELAJARAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun