Mohon tunggu...
Nin Yasmine Lisasih
Nin Yasmine Lisasih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Visit my web http://ninyasmine.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ini Dia Survei Seks Bebas Tahun 2011! Miris, Akibat Film Porno!

29 Januari 2012   00:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20 2807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Zoy Amirin, pakar psikologi seksual dari Universitas Indonesiamengutip Sexual Behavior Survey 2011 yang menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar Indonesia ‘belajar’ seks melalui film prono atau DVD bajakan. Akibatnya, 39 persen responden ABG usia 15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25 tahun. Surveiyang didukung pabrik kondom Fiesta itu mewawancari 663 responden berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.

Perilaku penyimpangan seksualitas terhadap remaja di usia 15-24 tahun kebanyakan dilandasi oleh rasa penasaran. Hal tersebut berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2007. Rasa ingin tahu ABG atau remaja terhadap seks cukup tinggi. Umumnya informasi yang didapat dari teman karena malu bertanya pada orangtua. Tak jarang ABG atau remaja yang kemudian melampiaskan rasa keingintahuan tersebut dengan menonton film porno, ditambah lagi dengan efek globalisasi yang siap tidak siap pasti melanda negeri ini akan mempermudah untuk mengakses film-film porno tersebut. Apakah film porno sudah tepat sebagai sarana pembelajaran seks bagi para remaja?

Pendidikan dengan cara kontroversial juga dicoba oleh seorang guru sekolah setingkat SMP di Toronto, Knad. Memanfaatkan video tentang pelajaran seksual dari situs penyebaran video You Tube, guru pria itu hendak menjelaskan tentang makna pelecehan seksual (sexual harrasment). Sayangnya, klip-klip video yang dipakai terlalu vulgar dan mestinya hanya dapat diakses oleh orang dewasa, sehingga mengagetkan para murid yang baru berusia rata-rata 12 tahun.

Para orang tua pun memprotes keras sehingga memaksa pengelola sekolah St Albert Junior High menggelar penyidikan. “Tak diragukan lagi, video itu seharusnya tidak dipakai sebagai bahan ajar di kelas. Ini tidak akan terulang lagi.’” Kata pengawas sekolah, Barry Wowk, seperti dikutip dalam situs Toronro Sun pekan lalu. Guru yang tidak disebut namanya itu pun akhirnya dihukum oleh sekolah.

Sedemikian pentingnya pendidikan seks dan tidak dapat dipungkiri bahwa seks merupakan suatu persoalan yang menarik perhatian besar sampai-sampai di Austria menurunkan pengumuman pembukaan sekolah yang mereka sebut sebagai ‘The World’s First Sex School’ (Sekolah Seks Pertama Di Dunia).

Sekolah tinggi yang disebut Internasional Sex School itu mengklaim sanggup mengajarkan para siswa/siswinya bagaimana menjadi pecinta yang mumpumi.“Semua pria dan wanita yang berusia di atas 16 tahun dan mampu membayar biaya pendidikan 1.400 poundsterling (19 juta) setiap periode, dapat menjadi siswa sekolah tinggi pertama yang menerapkan kurikulum seks aktif di dunia ini”, kata Ylva-Maris Thompson, yang mengklaim diri sebagai Rektor sekolah tinggi itu, seperti dikutip situs hiffingtonpost beberapa waktu lalu.

Selain mempelajari berbagai aspek dan teori tentang seksualitas di kelas, para siswa dan siswi pun didorong untuk aktif mempraktekkan pelajaran itu sebagai bagian dari pekerjaan rumah. Tlva-Maris mencontohkan kurikulum tentang posisi berhubungan seks, teknik pemanasan seks, antomi tubuh hingga cara berhubungan seks secara aman dengan kondom dan alat bantu lain. Diharapkan para siswa akan lulus dengan kemampuan menjadi pecinta yang baik dan mampu memuaskan pasangan seksnya secara aman dan sehat. Pemerintah dan warga Austria yang memang cenderung konservatif langsung bereaksi keras. Iklan tentang sekolah seks itu pun dicekal dari penayangan di televisi Austria. Beragam kelompok warga pun turun ke jalan memprotes sekolah yang dianggap cuma menjual layanan seks. Diketahui belakangan bahwa pengumuman tersebut hanyalah berita hoax yang disengaja (elaborate hoax) sebagai usaha lembaga advokasi Austria dan biro iklan Swedia itu untuk mengangkat masalah moralitas.

Jadi jika belajar seks lewat film porno merupakan cara yang salah karena dapat berdampak seks bebas pada remaja, sedangkan tak jarang para orang tua yang masih tabu untuk memberi pengetahuan seks pada anak, perlukah di Indonesia dibuka pendidikan tentang seks?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun