Mohon tunggu...
Deni Purnomo
Deni Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Abal-abal

Seorang pekerja yang berusaha menjadi mahasiswa disalah satu Universitas swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Berguyub di Tengah Pesta Demokrasi Indonesia

17 April 2019   11:59 Diperbarui: 17 April 2019   13:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan umum untuk kursi Presiden, Wakil Presiden, dan Dewan Legislatif dilaksanakan serentak pada Rabu (17/04/2019).
Bahkan di pedesaan, seperti di Desa Wanakaya, Kecamatan Haurgeulis, Indramayu, masyarakat berbondong-bondong menuju TPS sesuai surat C6 yang sudah dibagikan oleh panitia di masing-masing Rukun Tetangganya.

Dikutip dari akun Instagram @gmb_indonesia, bahwa lembaga kajian Australia, Lowy Institute, mengatakan, "Pemilihan umum 2019 di Indonesia adalah pemilihan yang paling rumit dan menakjubkan di dunia karena skalanya yang besar dan dilakukan dalam satu hari saja."

Bagaimana tidak rumit dan menakjubkan, setiap orang yang mempunyai hak pilihnya wajib mencoblos lima lembar dengan komisi yang berbeda. Meliputi Presiden dan Wakilnya, DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, serta DPRD Kabupaten/kota.

Sebelum hari H- yang jatuh pada 17 April 2019, kita tahu bahwa politik Indonesia telah berevolusi menjadi politik yang lebih keras. Salah satu contohnya adalah kampanye yang menyerang kepesimistisan masyarakat dengan bahasa layaknya drama. Yang mana itu adalah sikap sebagian masyarakat yang salah menempatkan posisi pesta demokrasi di Indonesia ini, yaitu pada posisi egoisme diri.

Namun, tidak hanya itu. Pesta demokrasi juga ada sisi positifnya bagi masyarakat. Entah itu di kota ataupun di pedesaan. Salah satunya adalah saling bersosialisasinya antar tetangga, yang sebelumnya jarang bersapa, dengan adanya pesta demokrasi ini merevolusikan sapa menjadi selembar naskah obrolan yang bukan hanya tentang pemilihan umum, tapi juga tentang kehidupan sehari-harinya. Terutama kaum Ibu dan Bapak. Begitu juga sikap guyub yang terlahir kembali di tengah-tengah pesta demokrasi ini.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Tua dan muda, semua begitu antusias untuk ikut andil dalam pesta besar negara Indonesia yang akan menentukan nasib negara untuk lima tahun ke depan. Begitu pula dengan harapan-harapan masyarakat yang tidak secara langsung terlontarkan ketika memegang paku yang dihadapkan pada lima lembar kertas pilihan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Antusiasme tersebut adalah wujud banyaknya kepedulian yang disampaikan untuk Bumi Pertiwi. Maka, itu telah menjadi sebuah bentuk dari sikap bernegera masyarakatnya; yaitu negara yang dihuni oleh berbagai suku, ras dan agama. Serta negara yang telah didoakan oleh para penghuninya untuk tetap berdiri kokoh, optimis, dan untuk tetap melesat ke depan, ke tempat yang lebih tinggi untuk mengukir senyum serta meneguhkan dalam hati setiap warga negaranya bahwa kita adalah Indonesia.

Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun