Tim Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata 380 Universitas Sebelas Maret Surakarta telah berinovasi mengolah kotoran kambing menjadi pupuk kompos, di Perkuyan, Selasa (9/08). Dukuh Perkuyan sendiri dikenal sebagai sentra peternak kambing. Terdapat kelompok yang bernama ST2K Pekajaman sebagai tempat peternak Perkuyan untuk bertukar ilmu. Kotoran dari peternakan kambing milik ST2K Pekajaman inilah yang dijadikan tim KKN 380 UNS mengolah kotoran kambing menjadi pupuk yang bermanfaat.
Tim KKN 380 UNS mengatakan kegiatan merupakan wujud solusi yang diberikan oleh mahasiswa atas permasalahan yang dihadapi peternak yang sekaligus menjadi petani. Masyarakat Perkuyan selain menjadi peternak juga memiliki mata pencaharian sebagai petani. Harga pupuk kimia yang cukup mahal sering dikeluhkan masyarakat. Tim KKN 380 UNS berinisiasi untuk memanfaatkan kotoran peternakan kambing masyarakat untuk diolah menjadi pupuk kompos. Â
"Pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk kompos merupakan wujud solusi yang kami tawarkan kepada masyarakat. Manfaat yang dirasakan pertama adalah masyarakat dapat mengolah limbah kotoran untuk dijadikan pupuk kompos, sehingga masyarakat dapat menghemat pengeluaran untuk biaya produksi bertani", ujar Putri salah satu penanggung jawab kegiatan pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk kompos.
Peralatan yang diperlukan pun cukup mudah, murah, dan mudah ditemukan disekitar. Dalam membuat pupuk kompos, tim KKN- 380 UNS Â membutuhkan alat dan bahan seperti ; kotoran kambing, EM4, air gula, cetok, ember, cangkul, scop. Biaya yang diperlukan untuk mempersiapkan proses ini Rp 30.0000,00 untuk 4 kali proses produksi. EM4 sebagai cairan pembantu pun juga cukup mudah ditemukan di toko pertanian.Â
Sebelum dijadikan pupuk, kotoran kambing perlu disortir terlebih dahulu untuk memisahkan antara kotoran dan benda-benda asing yang kemungkinan tercampur ke dalamnya, seperti plastik, kayu, batu, dan lain-lain. Penyortiran dapat dilakukan bersamaan dengan penggemburan kotoran kambing sehingga proses penguraian berjalan lebih cepat.Â
Putri A sekaligus penanggung jawab kegiatan menjelaskan bahwa kotoran yang sudah disortir langsung dihamparkan secara merata menjadi lapisan yang agak tipis agar memudahkan proses selanjutnya. "Kami perlu menyiapkan 5 liter air dan Effective Microorganism 4 (EM4) agar proses fermentasi pupuk kandang berjalan lebih cepat, 2 tutup botol cairan EM4 dan dicampurkan dengan 5 liter air," jelasnya.Â
Putri A pun melanjutkan proses pembuatan pupuk dengan menambahkan gula pasir sebanyak 250 gram sebagai sumber nutrisi bagi bakteri-bakteri tersebut. Kemudian diaduk hingga semua bahan tercampur merata dan diamkan hingga bakteri di dalam EM4 mulai aktif. Setelah diaduk, larutan tersebut ditutup di wadah yang rapat. Pengaplikasian pupuk dapat dilakukan setelah 2 minggu dari proses pembuatan. Setiap 2 hari sekali pupuk dalam wadah harus dibuka untuk membuang gas.Â
Tim KKN-380 UNS melakukan praktek bersama kelompok ST2K Pekajaman. Pupuk kompos dari kotoran kambing ini dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman warga di dukuh Perkuyan. Dengan kegiatan pengolahan pupuk kompos ini, tim KKN-380 UNS Â berharap pupuk kompos organic bisa membantu pertumbuhhan dari tanaman secara alami. Selain itu pupuk kompos bisa menjadi peluang untuk dijual dan menjadi lowongan kerja bagi sebagian masyarakat sehingga mengurangi tingkat pengangguran masyarakat dukuh Perkuyan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H