Mohon tunggu...
Nimas Ayu Baka Arum
Nimas Ayu Baka Arum Mohon Tunggu... -

Cahaya yang lahir dari Tatapan mata Tuhan Nimas Ayu Baka Arum,, mungkin aku bukanlah siapa-siapa kecuali puisi. dengan guratan padam disekujur tubuhku. aku mengenali kehidupan dengan tapak ayah ibuku, bersayap dan mimpi yang berwarna putih. begitupun,seperti biasa kulihat mereka,namun apa hak ku bertanya,tentang gugurnya kesetiaan atau takdir/ aku hanya selalu meyakini bahwa mereka........adalah huruf-huruf yang mengaji pagi-pagi.terkadang aku muntah, terkadang aku sangat sungkan apabila tak menunaikannya! tapi, siapa yang akan bertanya bahwa aku adalah anak yang merindukan seorang ayah dari sepinya yang mati. Tuhan telah banyak tahu,setinggi apa kehendakku untuk mencapainya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dini Hari

16 Mei 2012   05:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13371443631940660676

Jam 04;00 dini hari,, Orang-orang menikahi langit,menyisir matanya dan perlahan ber-embun! Daun-daun mulai menukar wajahnya dengan cahaya.. bunga-bunga menunjuk ke jendela,ternyata aku masih pengantinya yang suka menutup keningku dengan merah senja, Aku menikmati pagi seperti melipat rindu;anak-anak manusia yang menghitung bintang diladang_ Aku suka berwajah muram,jika mengingat kekasihku meneguk perjalanan dari punggungnya yang tak kenal bimbang,dan nafasnya jatuh begitu berat... kutangkap senyumnya tiap pagi,tak kudapati bahagia yang bisa kuberikan padanya,, ah cemasku berwarna cerah,cerah sekali_dan aku akan selalu seperti ini. Jam 05:00 dini hari,, Nyaris tak ada satupun orang yang ku temui dan memahami,-nyaris orang-orang yang kukenal tak memiliki tempat dipikiran ku, Maka paragraf-paragraf ini kuhidupkan sebagai aktifitas dan konflik,yang darinya aku bisa menentukan siapa yang semestinya berkhianat dan kapan semestinya cerita ini kubunuh atau kuselesaikan. Yah,pagi-pagi aku bisa mencatat beberapa orang mati,beberapa orang menangis dan berapa tawa yang harus aku tanggung. Kini aku memberi tempat untuk paragraf-paragraf bagimana dia hidup dan bagaimana ia mulai membuat kamarku seperti berada di pinggir jalan,dekat tol,jembatan atau saja di hutan rimba  dengan burung-burung yang berbakti pada satu batang pohon bersama bayinya,- begini aku cukup banyak mentertawakan bagaimana mereka hidup dengan cara ku,maka aku tuhan yang mereka ikuti tragedinya. Jam 06:00,, Aku punya kekasih yang biasa memberitahuku"aku berangkatkerja", ternyata selalu begitu cepat dari waktu yang kuminta_disana,ditempatnya berdiri tidak ada yang bisa berdiri menyelamatkan rinduku,-kecuali kutelan dengan cemas  dan beberapa kabar yang bisa kupastikan,dan tanpa terasa aku punya kesibukan bercakap-cakap seperti ini, seperti ini, setiap hari... sampai nanti..! http://nimasayubakaarum.blogspot.com/2012/05/dini-hari.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun