Mohon tunggu...
Nimas Ayu Baka Arum
Nimas Ayu Baka Arum Mohon Tunggu... -

Cahaya yang lahir dari Tatapan mata Tuhan Nimas Ayu Baka Arum,, mungkin aku bukanlah siapa-siapa kecuali puisi. dengan guratan padam disekujur tubuhku. aku mengenali kehidupan dengan tapak ayah ibuku, bersayap dan mimpi yang berwarna putih. begitupun,seperti biasa kulihat mereka,namun apa hak ku bertanya,tentang gugurnya kesetiaan atau takdir/ aku hanya selalu meyakini bahwa mereka........adalah huruf-huruf yang mengaji pagi-pagi.terkadang aku muntah, terkadang aku sangat sungkan apabila tak menunaikannya! tapi, siapa yang akan bertanya bahwa aku adalah anak yang merindukan seorang ayah dari sepinya yang mati. Tuhan telah banyak tahu,setinggi apa kehendakku untuk mencapainya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagi Pada sebuah April

16 Mei 2012   04:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 08:23 di bulan April Hari ke-27,
Daun-daun kering berguguran,matahari membuat kesetiaan dengan laut,-
dan wajahmu berdiam dimataku.
Hari-hari menjadi begitu deras,mengalir penuh cahaya,begitu juga dengan rindu dan cinta.

08:24,
Seorang ibu tua menaruh beban dipunggungnya,menabur kebaikan seperti tanaman,
Ia hanya menungu anaknya pulang dengan dahaga yang sudah terobati,di sepanjang doanya yang memanah dibawah langit_merancang kepulangannya dengan malam,dengan keringat,dengan tubuhnya yang landai,dengan airmata juga sebuah kasih.

08:25,
Ia telah datang,memasuki pagar dengan tubuhnya;sebilah.
pintu menjadi sangat tajam dan runcing,begitu menyayat memasukinya_
Ia telah datang dengan gamar remang di dada_ia telah datang...dan meninggalkan jejak duka,
halaman yang dipenuhi kitab suci dan bebrapa anjing melolong mengantarkan hari ini dengan ramah,-
Ia telah datang...Si maut dengan wajahnya yang terakhir,
Begitu cara hidup membiarkan anak manusia pergi,-

08:26,
Matahari sudah tinggi,sulit sekali mendapatkan tempat teduh,..seperti mencari sebuah nama dari sekian bahasa yang mengajariku banyak hal_termasuk memasang lukisan telanjang di ruang tamu.
Hari ini kakak perempuanku mengusap perutnya yang hamil 3 bulan,ia seperti mulai membahasakan sebuah kejadian yang tak terbilang pengorbanannya,ia ingat seorang ibu,
Ia ingin berjabat tangan dengan takdir dan melihatnya dengan penuh bahagia,tapi manusia di beri hak menerima dan berharap.
Di sini aku menatapnya tanpa merubah apapun,termasuk rambutnya yang mengibas mataku,ku biarkan..!

08:27..
Aku selesai mandi,sudah bersih

http://nimasayubakaarum.blogspot.com/2012/05/pagi-pada-sebuah-april.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun