Mohon tunggu...
Nimas Ayu Baka Arum
Nimas Ayu Baka Arum Mohon Tunggu... -

Cahaya yang lahir dari Tatapan mata Tuhan Nimas Ayu Baka Arum,, mungkin aku bukanlah siapa-siapa kecuali puisi. dengan guratan padam disekujur tubuhku. aku mengenali kehidupan dengan tapak ayah ibuku, bersayap dan mimpi yang berwarna putih. begitupun,seperti biasa kulihat mereka,namun apa hak ku bertanya,tentang gugurnya kesetiaan atau takdir/ aku hanya selalu meyakini bahwa mereka........adalah huruf-huruf yang mengaji pagi-pagi.terkadang aku muntah, terkadang aku sangat sungkan apabila tak menunaikannya! tapi, siapa yang akan bertanya bahwa aku adalah anak yang merindukan seorang ayah dari sepinya yang mati. Tuhan telah banyak tahu,setinggi apa kehendakku untuk mencapainya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ansori “Waktu yang Terlepas”

17 Januari 2012   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerimis mengirimiku riwayat sarang lebah dibibirku tepi senja
Kaupun pernah mencintainya dalam gumam semesta.
Pada masa yang tulus aku suka mencatat doa dengan gemetar. Karna Tuhan tau,
Sejak itu aku sering menghujatnya dengan sajak-sajak berwarna perak

Aku pernah jatuh cinta padamu
Di atas ayat-ayat dan rahmat aku disucikan sebagai kaum yang melukis musim dengan luhur

Memang cinta bukanlah tradisi…..
Seperti rahasia yang tak patuh pada kata
Lebih suka diam seribu bahasa

Aku pernah jatuh cinta padamu
Tertulis karna aku tak bisa membacanya

Aku pernah jatuh cinta padamu
Perasaan paling bijak setelah kepatuhan pada Tuhan
Dan Tuhan lebih banyak tau, mengapa ia ciptakan kesunyian sebelum melahirkan pagi dan cahaya yang tergerai

Aku pernah jatuh cinta padamu
Kearifan waktu terjaga
Kebijaksanaan dalam lelap

Aku pernah jatuh cinta padamu
Aku pernah jatuh cinta padamu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun