Mohon tunggu...
Nimas Ayu
Nimas Ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Institut Teknologi Statistika Dan Bisnis Muammadiyah Semarang

Nama saya Nimas Ayu Puji Astuti, kerap disapa dengan sebutan Nimas, seorang Mahasiswi ITESA Muhammadiyah Semarang, di jursan management ritel .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merelakannya

9 Juli 2024   10:55 Diperbarui: 9 Juli 2024   11:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Senja, menyisakan rona merah muda berpadu cahaya jingga yang kian menipis. Bersamaan awan biru gelap yang mendominasi kedua nya. Desau ombak dan angin yang berhembus sejuk mengiringi, sesekali menerpa ujung jilbab hitam dipadukan dengan abaya hitam khas orang arab,  senyum mengembang begitu saja melihat hamparan indah karya sang kuasa di Mangaf Beach ini. Ia berhasil hingga dititik ini. Berhasil melupakan seseorang beserta rasa sakit yang menimpanya.

Flash back on

    "Ini undangan dari aku, insha allah minggu depan aku nikah",  ujar Kana sembari menyodorkan sebuah kertas bertuliskan undangan, dengan design yang dibuat se-elok mungkin. Namanya  Al Kana Methosa Wirayudha, kerap disapa dengan sebutan Kana. Namanya memang unik memiliki arti aura panas dan dingin yang mendominasi. Ayahnya seorang apoteker  di rumah sakit dan ibunya seorang apoteker yang memiliki apotek sendiri, Wajar saja jika namanya menggunakan unsur-unsur istilah tersebut.

    Kana adalah sosok lelaki yang sangat populer semasa SMA dengan visual yang menawan khas mas-mas jawa, kulit sawo matang, alis tebal, berkumis tipis serta rahang yang tegas, dengan perawakan tubuh tinggi tegap menambah kesan maskulin melekat padanya serta lesung pipi yang menambah kesan manis saat senyum mengembang di bibir tipisnya. Di SMA itulah awal pertemuan Cinta dan Kana. Cinta adalah gadis manis, memiliki tubuh yang mungil jika di sandingkan dengan Kana, pipinya yang berisi menambah kesan imut bagi siapapun yang memandanganya, serta kulit kuning langsatnya khas perempuan jawa. Mereka telah menjalin hubungan tiga tahun lamanya saat SMA. Setelah lulus, Kana mendapat beasiswa kuliah hingga lulus di Istanbul Medeniyet University Turkiyedan mengambil jurusan arsitektur. Sedangkan Cinta kuliah di salah satu universitas swasta di Semarang dengan jurusan ilmu komunikasi. Saat itu Kana dan Cinta berkomitmen akan menikah setelah mereka lulus, namun takdir berkata lain kana harus menikahi wanita pilihan orang tuanya.

    "Ka-kana,maksud kamu apa?" tanya Cinta, jantungnya berdegup kencang, matanya seakan memanas menahan tangis, namun tangnnya tetap terulur perlahan mengambil secarik kertas itu.

    "Maafkan aku Cin, aku tau ini berat buat kita, tapi ini pilihan bunda beliau mau aku nikah sama anak kesehatan agar profesi apoteker di keluarga kami tak terputus, salahku juga karena tidak menerima tawaran bunda untuk mengambil kesehatan waktu itu, sekali lagi aku memita maaf Cinta, semoga kamu menemukan yang lebih dari aku dan terimakasih untuk semua yang telah kita lalui selama tiga tahun ini, selamat  tinggal aku pamit ya", ujarnya sembari berlalu begitu saja. 

    Meskipun rasa sesak menimpa keduanya. Kana mencoba tegar merasa ini yang terbaik, mungkin takdir tak memihak pada mereka. Sedangkan Cinta, hanya menatap nanar kepergian lelaki yang selama ini ia tunggu. Perlahan bulir air jatuh begitu saja dari sudut matanya, cinta mengusapnya kasar. Satu tangannya meremas secarik kertas itu, sebuah kertas bertuliskan Kana dan Kayla. Saat itu dunianya seakan runtuh, sejuta harapan yang ia bangun dengan kana musnah begitu saja. Mengapa? Mengapa harus cinta, seolah sang kuasa tak berpihak padanya.

    Sejak saat itu tak ada lagi semangat yang berkobar, tak ada lagi senyuman yang mengembang, terlebih saat siaran radio Cinta kerap ditegur atasan karena kecerobohannya terkadang salah baca naskah terkadang tidak fokus saat  siaran. Yap, Kana memang sangat berpengaruh bagaikan dopamin dalam hidupnya. Saat ia tengah bersiap pulang, sembari mengemasi serta memasukkan barangnya ke dalam tas Pak Zuhad patner siarannya yang sudah dia anggap sama seperti bapaknya itu terus memperhatikannya.

    "Cinta, sampai kapan mau seperti ini? Ayo bangkit, lupakan lah mantan mu itu, masih banyak lelaki baik di luar sana", ujar pak Zuhad tiba-tiba memberikan motivasi dan dukungan pada rekan barunya itu, yah Cinta memang baru setahun bekerja disini.

    "Pak Zuhad tidak tau rasanya, saya capek, kecewa, tak tau lagi harus berbuat apa, kenapa ya pak? kenapa Tuhan tak membiarkan saya bahagia bersama Kana?", ujarnya lesu, sembari menyandarkan tubuhnya di kursi siaran.

    "Cinta, justru karena Allah sayang sama Cinta, Allah mau Cinta membuka mata bahwa ada sejuta keindahan yang bisa Cinta dapatkan diluar sana, asal kamu tau ya, ada sesuatu yang lebih indah ketimbang menjadi diri sendiri, yaitu menjadi seperti yang Allah mau, Sang Kuasa tak akan membebani seorang hamba lebih dari kesanggupannya, coba Cinta sekarang ingat-ingat, siapa yang paling sayang sama Cinta? Tentu saja sang kuasa bahkan melebihi sayang-Nya Cinta kediri sendiri, saatnya Cinta kembali, Cinta sudah terlalu jauh, oh ya sudah mulai larut saya duluan ya, itu saja pesan saya diingat baik-baik ya, saya juga pernah muda hehehe, permisi", ujar Pak Zuhad panjang lebar sembari beranjak dari tempat duduknya, setelah ringtone ponselnya berbunyi beberapa kali, mungkin istrinya sudah mengkhawatirkannya waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB dan pak Zuhad belum juga pulang.

    Cinta hanya termenung merenungi setiap kata yang dilontarkan rekannya tadi memang ada benarnya, selama ini ia hanya berfokus pada Kana, bahkan ia lupa jika berharap kepada manusia adalah seni untuk menderita. Tiba-tiba notif handphonenya mengalihkan atensinya pada sebuah pesan dari Pak Zuhad, segera ia membukanya sebuah link dan dibawahnya terdapat pesannya "Maaf tadi bapak buru-buru pulang, istri bapak nanyain terus, ini bapak ada rekomendasi jika kamu tertarik ada beasiswa S2 ke Kuwait University, bapak lihat kemampuan kamu memang layak untuk di kembangkan, sekalian hitung-hitung mencari suasana baru sambil move on dari mantanmu itu hehe semangat", ujarnya dalam pesan itu disertai emot senyuman dan tanda semangat. Tak terasa seulas senyum tercetak begitu saja seusai membacanya, benar, ia harus membuktikan hidupnya akan baik-baik saja tanpa Kana. Ia lalu menyambar tasnya yang tergeletak begitu saja di meja sembari berlalu meninggalkan ruang siaran. Seakan memperoleh udara segar Cinta tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

    Hari demi hari ia lalui dengan berbagai kesibukan di tengah waktu kerjanya Cinta menyiapkan berkas-berkas pendaftarannya. Mengikuti pelatihan-pelatihan bahasa, meningkatkan skill dan prestasinya. Kini cinta telah kembali, teman-temannya senang mendengar kabar bahwa Cinta lolos interview untuk S2 nya tak terkecuali pak Zuhad. Tak sia-sia Cinta membuang waktunya disana bahkan siang malam ia sibuk dengan laptopnya. Ingatan tentang Kana perlahan mengikis begitu saja.

Flashback off

    Ternyata memang benar, sekarang ia menemukan buah dari segalanya, melupakan Kana memang tak mudah bahkan sampai kini ia masih mengingat jelas visual mantan pujaan hatinya. Namun, rasanya kini berbeda ia menerima dengan lapang dada karena terbiasa. Ikhlas adalah jalan satu-satunya bahkan ia ingin berterimakasih pada siapapun juga pada Sang Pencipta yang telah merubah hidupnya, terimakasih atas sejuta cinta dan kasih sayang-Nya, terimaksih  pada siapa saja yang mendukungnya, mendo'akannya bahkan pada Kana, Al Kana Methosa Wirayudha, terimakasih karena kehadirannya memberikan banyak pembelajaran berharga dalam hidupnya. Kabarnya sekarang, Kana sudah bahagia bersama pasangan barunya atas kehadiran putra pertama mereka, begitu pula dengan Cinta kini ia telah bahagia atas segala yang telah di laluinya.

    "Terimakasih Al Kana, mungkin ini yang terbaik untuk kita, terimakasih atas segalanya, aku tak akan lupa tapi aku sudah merelakannya", monolognya diiringi helaan nafas lega. Tak ada lagi gundah gulana dalam hatinya, sembari memandangi langit yang kian menggelap, perlahan lampu-lampu menyala melepas kepergian lembayung senja.

    "Allahu Akbar, Allahu Akbar" sayup-sayup terdengar  adzan magrib berkumandang bersahut-sahutan, perlahan Cinta melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu menuju masjid.

TAMAT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun