Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Selingkuh, Bentuk Cinta (Lain) Atau Pengkhianatan?

17 Oktober 2017   23:01 Diperbarui: 18 Oktober 2017   16:39 3162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : encrypted-tbn0.gstatic.com

2. Seringkali, mereka tetap mencintai suami, namun merasa bahwa kebutuhan dasar mereka (seksual, emosional, psikologis) tidak terpenuhi dalam pernikahan.

3. Wanita-wanita itu  tulis Perel, berselingkuh bukan untuk menghancurkan pernikahan, atau lari menjauh dari keluarga. Tapi justru untuk tetap berada di dalamnya.  Aneh kan?  Ingin tetap menjadi ibu dan istri bercitra positif, tetapi melakukan hal-hal negatif. Tidak ingin merobohkan lembaga perkawinan, tetapi pada saat yang sama, menghancurkan pilar-pilarnya : kesetiaan dan martabat seorang istri.   Sebuah ironi, tetapi faktanya, mereka mampu melakoninya.

4. Semakin banyak wanita tidak mau meninggalkan pernikahan dan keluarga yang mereka bangun selama bertahun-tahun. Ingin keluarga tetap utuh , meskipun mereka selingkuh.

Caranya? Salah satunya dengan berlaku lebih manis, lebih sabar, lebih telaten, pokok nya meningkatkan pelayanan kepada suami,  setelah mereka melakukan "petualangan" cinta di luar nikah.  Mungkin semacam usaha menebus dosa.  Oh....., ada udang di balik rempeyek.

5. Yang paling mengejutkan, menurut Perel banyak dari mereka sangat santai, acuh tak acuh ketika mengisahkan penyelewengan.  Jelas ada pengkhiantan disini, tapi mereka tidak terlalu menyembunyikan, bahkan bisa menceritakan dengan bangga kepada orang lain tanpa rasa malu. Mungkin setara dengan pernyataan, selingkuh di masa kini bukanlah aib. Boleh jadi malah menjadi prestasi.  Oh No.....!

6. Dulu, jika ada perempuan terlibat perselingkuhan, umumnya dia berada dalam posisi pasif. Artinya, laki-laki lah yang aktif  bergerak. Mengejar , merayu dan mengatur teknis agenda cinta terlarang yang dilakoni.  Kini, menurut Perel, para wanita juga sanggup mengambil peran sebagai pengendali perselingkuhan.

Di negara kita, sepertinya belum ada lembaga yang melakukan survei untuk masalah ini. Belum ada angka yang dipublikasikan. Tetapi   entahlah, sekali lagi saya merasa  poin - poin  atau gejala  itu,  ada di sekeliling kita.   Mirip dengan kisah selingkuh yang terdengar melalui bisik-bisik tetangga,  yang kebetulan terlihat dengan mata kepala sendiri atau saat dicurhati pelaku selingkuh.  

Ada pendapat bahwa rasa cinta itu universal. Ciri-ciri orang yang mabok asmara atau patah hati karena cinta juga mirip -- mirip di seluruh jagat raya ini, maka mungkinkah itu artinya polah tingkah pelaku selingkuh juga tak jauh beda di belahan dunia mana pun?

Tentu tidak berharap Moms Zaman Now di negara ini mempunyai perilaku yang melanggar norma agama, hukum postif dan bertindak asusila. Karena sampai kapan pun, seorang ibu tetaplah figur yang memiliki peran pokok dalam mencetak generasi berkualitas.

Tidak ada jaminan bahwa anak suskes pasti terlahir dari ibu yang baik akhlaq nya. Tetapi semakin banyak ibu yang berhati dan berperilaku mulia, tentu harapan lahirnya generasi bangsa yang jempolan,  juga semakin besar.   Se-mo-ga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun