Sebaliknya, ngobrol dengan orang norak, ngomongnya ketus, bicara kasar dan kotor, sombong hobi merendahkan orang lain, merasa paling benar, tidak  perduli reaksi lawan bicara, gampang marah,  DDR -- daya dong rendah,  susah meminta maaf, dan ngeyelan.
Hadeeh.., dapat apa dari mereka ?  Yang ada justru marah, jengkel  atau ingin  cepat-cepat menjauh. Biasakah dapat wawasan dari yang begini?  Hm.., dengan seperangkat upaya,  tentu nya bisa.
Jika ingin memperkaya wawasan, pilihannya bisa berupa : mehamami / memungut sisi baik  dan  menghindari / membuang hal buruk.
Memahami latar belakang : kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, lingkungan, usia (berkaitan dengan hormon), masalah yang dihadapi dan sebagainya.  Menarik benang merah antara latar belakang dengan " genre"  orang tersebut,  kita akan sampai pada kesimpulan : " Oooo, ternyata ini  to  penyebab/pemicu  sikap noraknya."
Menghindari sikap serupa, karena kalau kita merasa tidak nyaman, tentu demikian juga dengan orang lain. Hindari memilih sikap yang bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Jadi..., poinnya adalah santun dan arogan, tetap memiliki sesuatu  untuk diambil sisi positifnya.
Teknologi Memudahkan  Bertemu Banyak Guru dan Berkunjung ke Berbagai Sekolah
Era komunikasi digital, memudahkan kita belajar dari ribuan "guru" dan berkunjung ke lebih banyak "sekolah" dengan mudah dan murah.Â
Caranya ? Â Selalu terhubung layanan internet dan ikuti perkembangan berita. Konten serius maupun hiburan/ entertainmen. Perlu juga menonton video berbagai tema. Travelling, wisata alam / outdoor maupun indoor, wisata kuliner - demo memasak, ketrampilan, tips memanfaatkan perabot rumah tangga (baru / bekas) untuk memudahkan pekerjaan.
Meskipun secara fisik, kita tidak kemana - mana tetapi bisa berkelana ke berbagai tempat yang bisa disebut sekolah.  Mengenal dan mempelajari berbagai hal. Mengetahui letak geografis suatu tempat, keunikan, keindahan, kecanggihannya dan seterusnya.
Internet mempertemukan kita dengan guru-guru special yang menginspirasi. Sebuah tayangan video, balita penyandang cacat -- maaf tanpa kedua tangan- makan sendiri menggunakan sendok dijapit  jari-jari kakinya. Memunculkan kalimat tanya : masih ingin mengeluh? (disini).