Suatu kali saya meminta tolong suami untuk membantu saya memindahkan semua daftar kontak dari pesawat hp saya yang lama ke pesawat yang baru. Karena saya agak gaptek tidak bisa melakukannya sendiri. Pesawat yang lama sudah sering hang dan banyak somplaknya. Ia setuju dan sayapun menyerahkan hp saya kepadanya. Saat melihat jumlah SMS yang belum saya buka mencapai ratusan di Inbox, suami saya kelihatan terkejut. “Lho? Koksms sampai ratusan begini banyaknya nggak dibaca sih?” katanya menegur. “SPAM!” Kata saya membela diri. Saya tahu suami saya tidak suka jika saya tidak membalas sms orang lain dengan segera. Menurutnya itu perbuatan yang sangat tidak sopan. Ia lalu melihat sepintas sms –sms saya yang belum terbuka itu, sebelum akhirnya mulai mencoba membantu saya.
Setelah suami saya menyerahkan hape saya kembali, saya mulai membaca sms yang belum terbuka itu satu per satu. Memang semua isinya hanya iklan saja. Cape banget membacanya. Mulai dari iklan Kredit Tanpa Agunan, Cash, Personal Loan, Penyelesaian kartu kredit macet, iklan menurunkan berat badan, promo bank, promo perusahaan furniture, jual alarm penangkap maling, racun tikus, apket kabel Tv, penawaran Hotel, Tiket pesawat, dan seterusnya. Belum lagi sms tipu –tipu. Mulai dari Si Mama penipu yang minta dikirimin pulsa, lalu si Papa penipu juga minta beli pulsa, si anak penipu minta ditransferin uang buat bayar uang kuliah, ada juga yang mau nipu pura-pura tertarik mau membeli rumah atau toko. Atau sms dari antah berantah yang minta ditransfer sejumlah uang ke rekening tertentu,seolah-olah kita pernah berhutang kepadanya.Banyak sekali. Saya tak habis pikir mengapa Operator Selular memfasilitasi aktifitas pemasaran yang sangat mengganggu ini. (Sebenarnya saya juga seorang pemasar, tapi begitu menerima perlakuan pemasaran seperti ini, kok jadi merasa terganggu ya?).
Pernah dalam waktu setengah hari, dari pagi hingga sebelum makan siang saya menerima sms sebanyak 12 x. Iseng-iseng saya periksa dan saya hitung, 11 x diantaranya adalah sms penawaran kredit dengan berbagai gaya dan bahasa. Dan hanya 1x saja yang benar-benar sms dari seorang teman saya. Jadi peluang saya untuk menerima sms yang asli cuma 1/12 saja. Esok harinya, kurang lebih terjadi hal yang sama juga. Hingga sebelum makan siang, saya tidak menerima 11, tapi 9 sms. Sorenya 7 sms iklan lagi.
Itulah sebabnya mengapa saya malas membuka sms. Karena dari rata-rata 12 sms itu, hanya satu yang benar-benar SMS pribadi untuk saya. Jadi begitu saya lihat kata-kata “Kepada Yth” atau “Selamat Siang” Atau “Solusi..” atau “Boleh saya tawarkan..” dan sebagainya kata-kata pembukaan yang mencurigakan, maka saya tidak membukanya.
Sangat jelas, data tentang nomor hape saya tentu sudah beredar ke mana-mana. Mungkin data dari Bank ke Asuransi, lalu ke penyedia jasa layanan “Sms Blast” dan seterusnya. Entahlah!.
Ada teman yang memilih untuk menutup nomor lamanya saja dan mengganti dengan yang baru. Mungkin memang lumayan membantu sesaat. Namun akhirnya, nomor barupun itu mulai beredar juga dan mengalami penderitaan yang sama. Dalam waktu singkat iklan-iklan datang bertubi-tubi. Jika sudah terlalu banyak begini, terkadang symphaty terhadap brand yang diiklankan melalu sms inipun menjadi berkurang. Karena sudah mencapai level yang mengganggu. Jika target konsumen kita mulai antipati terhadap brand/usaha yang kita pasarkan, tentu bukan signal yang baik untuk kelangsungan hidup jangka panjangnya.
SMS penawaran kredit dan iklan yang sangat mengganggu!.Datang terus setiap hari. Setiap jam. Atau bahkan mungkin setiap setengah jam. Saya pikir semua mengalami hal yang serupa,bukan? Bagaimana teman-teman menyikapi SMS iklan atau penawaran kredit seperti ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H