Mohon tunggu...
niluhwayanyasmiati
niluhwayanyasmiati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen PNS di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pandidikan Ganesha, Singaraja, Bali, Indonesia. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Program Studi Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Jati Diri Bangsa: Tantangan Filsafat Pancasila di Era Dominasi Budaya Asing melalui Media Sosial

15 Desember 2024   15:43 Diperbarui: 15 Desember 2024   14:42 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Media sosial telah menjadi ruang yang tanpa batas, di mana individu dari berbagai belahan dunia saling bertukar informasi, budaya, dan nilai-nilai. Di satu sisi, media sosial membuka peluang untuk memperkaya wawasan dan mempererat hubungan global. Namun, di sisi lain, arus deras budaya asing yang masuk melalui media sosial menimbulkan tantangan serius terhadap identitas budaya bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, filsafat Pancasila, sebagai landasan ideologi bangsa, dihadapkan pada tugas besar untuk tetap relevan dalam menjaga jati diri dan karakter bangsa.

Masifnya penggunaan media sosial mempermudah akses terhadap budaya asing dalam berbagai bentuk, mulai dari gaya hidup, hiburan, bahasa, hingga pola pikir. Fenomena ini melahirkan apa yang sering disebut sebagai cultural imperialism, di mana nilai-nilai budaya asing cenderung mendominasi dan meminggirkan nilai-nilai lokal. Generasi muda, yang merupakan pengguna aktif media sosial, sering kali menjadi target utama dari gempuran budaya ini.

Misalnya, gaya hidup konsumtif dan individualistis yang sering dipromosikan oleh budaya Barat bertolak belakang dengan nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan yang diusung oleh Pancasila. Jika tidak dikelola dengan baik, penetrasi budaya asing ini dapat mengikis rasa kebangsaan, solidaritas sosial, dan bahkan spiritualitas yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.

Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang relevan untuk melawan gempuran budaya asing. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, mengingatkan masyarakat untuk tetap berpegang pada keimanan di tengah derasnya pengaruh materialisme. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menekankan pentingnya menjaga moralitas dan etika dalam berinteraksi di dunia maya.

Lebih jauh lagi, semangat Persatuan Indonesia menjadi tameng yang menjaga kebhinekaan dari ancaman homogenisasi budaya global. Gotong royong, sebagai pengejawantahan nilai Keadilan Sosial, menjadi solusi bagi tantangan individualisme yang mengemuka akibat media sosial. Dengan mengamalkan Pancasila, masyarakat Indonesia dapat menyaring pengaruh budaya asing tanpa kehilangan identitas.

Meskipun Pancasila memiliki potensi besar, implementasinya menghadapi banyak tantangan. Rendahnya literasi digital, kurangnya pemahaman akan nilai-nilai Pancasila, serta minimnya regulasi yang mengatur konten media sosial menjadi hambatan utama.

Media sosial sering kali menjadi ajang bagi konten-konten yang bertentangan dengan nilai Pancasila, seperti ujaran kebencian, hoaks, dan konten tidak bermoral. Dalam hal ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk meningkatkan literasi digital sekaligus memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila.

Untuk menjawab tantangan ini, strategi yang dapat dilakukan meliputi beberapa langkah penting. Pertama, nilai-nilai Pancasila perlu diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan, khususnya dalam konteks digital, agar siswa dapat menggunakan media sosial secara bijak sesuai dengan nilai kebangsaan. Kedua, literasi digital harus diperkuat melalui kampanye masif untuk membantu masyarakat menyaring informasi, mengenali propaganda budaya asing, dan menjaga etika bermedia sosial. Ketiga, media sosial perlu dimanfaatkan sebagai alat positif dengan mengembangkan lebih banyak konten kreatif yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila guna menandingi dominasi budaya asing. Terakhir, pemerintah perlu merancang kebijakan proaktif yang mengatur konten digital tanpa melanggar kebebasan berekspresi, seperti mendorong platform media sosial untuk mendukung konten lokal dan budaya Indonesia.

Dalam menghadapi gempuran budaya asing yang masif melalui media sosial, filsafat Pancasila menjadi perisai utama untuk menjaga jati diri bangsa. Namun, keberhasilan Pancasila dalam menjawab tantangan ini sangat bergantung pada komitmen seluruh elemen bangsa, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperkuat literasi digital, mengintegrasikan nilai Pancasila dalam pendidikan, serta memanfaatkan media sosial sebagai sarana positif, Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan tatanan global yang lebih adil dan beradab. Karena pada akhirnya, hanya bangsa yang menghargai jati dirinya yang mampu berdiri kokoh di tengah arus globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun