Pendidikan ditujukan untuk menciptakan generasi yang cerdas. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, secara umum, melalui proses pendidikan yang berkualitas, diharapkan peserta didik yang akan menjadi penerus bangsa mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju, karena melalui pendidikan diharapkan akan dilahirkan generasi yang cerdas, berkarakter, kreatif dan inovatif yang bisa mengisi kemerdekaan ini dengan dengan hal-hal yang positif.
Dilihat dari sisi sejarah, pendidikan di Indonesia telah terbukti mampu menjadi senjata yang ampuh dalam mendukung proses perjuangan kemerdekaan Indonesia. Â Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kolonial belanda bersifat terbatas, baik dari sisi jumlah sekolah dan kesempatan yang diberikan bagi kaum pribumi untuk mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. Sekolah yang mereka dirikan seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) atau Europeesche Lagere School (ELS) hanya bertujuan untuk mengajarkan kaum mereka dan menyebarkan ideologi Belanda guna melanggengkan kekuasaan mereka di Indoneisa. Kaum pribumi yang boleh bersekolah hanya mereka yang merupakan kaum ningrat yang dianggap oleh Belanda memiliki kesetiaan terhadap pemerintah Belanda.
Menyadari hal tersebut, maka para cendekiawan pribumi mulai melakukan perlawanan mereka dengan mendirikan sekolah-sekolah pribumi. Salah satu sekolah pribumi yang paling terkenal adalah sekolah Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Selain menjadi Lembaga pendidikan bagi warga pribumi untuk menentang diskriminasi pendidikan yang dilakukaj oleh Belanda, sekolah ini berhasil menjadi wadah untuk mencetak cendikiawan pribumi baru yang memiliki kesadaran untuk memperjuangkan hak-hak mereka menjadi bangsa yang merdeka. Sehingga, dapat dikatakan bahwa Taman Siswa memainkan peranan penting dalam membangun sistem pendidikan yang membebaskan. Melalui prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewanatara "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani," Taman Siswa menanamkan semangat kebangsaan dan kemandirian kepada para siswanya.
Disamping itu, sekolah-sekolah ini menjadi tempat untuk menyebarkan kesadaran nasionalisme. Para siswa diajarkan tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai Indonesia, yang bertentangan dengan narasi penjajah yang menghapus identitas lokal. Dengan cara ini, pendidikan tidak hanya mencerdaskan tetapi juga memperkuat identitas nasional. Ki Hajar percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk menciptakan individu yang merdeka, yang pada gilirannya akan memerdekakan bangsa.
Meskipun pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kolonial Belanda ditujukan untuk melanggengkan kekuasaan mereka, namun sejumlah kaum terpelajar pribumi yang merupakan hasil pendidikan Belanda tetap menjadi pelopor pergerakan nasional anti penjajah. Seperti contohnya Dr. Wahidin Sudirohusodo, yang mendirikan organisasi Budi Utomo. Begitupula dengan tokoh-tokoh nasional lainnya yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir juga merupakan produk pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri. Melalui pendidikan, mereka mendapatkan akses terhadap ide-ide modern seperti demokrasi, sosialisme, dan nasionalisme yang kemudian menjadi dasar perjuangan mereka.
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan generasi cerdas, berkarakter, dan berwawasan kebangsaan. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga menjadi alat perjuangan yang efektif melawan penjajahan. Dalam konteks Indonesia saat ini, pendidikan harus terus diarahkan untuk menghasilkan individu-individu yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki integritas moral, jiwa inovatif, dan semangat untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pengembangan sistem pendidikan yang inklusif, berbasis nilai, dan berorientasi pada masa depan menjadi keharusan untuk menjawab tantangan global tanpa melupakan jati diri bangsa. Pendidikan yang berkualitas adalah kunci bagi Indonesia untuk melangkah menuju masa depan sebagai bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat di tengah persaingan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H