Demokrasi tidak hanya berbicara tentang sistem pemerintahan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat dapat hidup dalam harmoni, saling menghormati, dan memperoleh hak serta kewajiban yang setara. Dalam konteks ini, pendidikan menjadi pilar utama dalam membentuk masyarakat yang mendukung demokrasi yang berkeadilan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai seperti kesetaraan, keadilan, dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan berperan penting dalam membentuk kesadaran kritis individu. Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan, menyatakan bahwa pendidikan sejati adalah proses pembebasan, di mana peserta didik didorong untuk berpikir kritis, memahami realitas sosial, dan mengambil tindakan untuk mengubahnya. Dalam demokrasi, kemampuan berpikir kritis ini sangat penting untuk memastikan masyarakat dapat memahami isu-isu yang kompleks, seperti kebijakan publik, hak asasi manusia, dan keadilan sosial. Tanpa pendidikan yang mendorong kesadaran kritis, masyarakat berisiko menjadi pasif dan mudah terpengaruh oleh manipulasi politik.
Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, pendidikan berfungsi sebagai alat untuk menciptakan kesetaraan sosial. Dengan akses pendidikan yang merata, individu dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Hal ini sejalan dengan semangat demokrasi yang menjunjung tinggi kesetaraan di hadapan hukum dan kebebasan berpendapat. Namun, tantangan besar masih ada, seperti ketimpangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, yang harus segera diatasi untuk memastikan demokrasi yang benar-benar inklusif.
Selain keterampilan akademik, pendidikan juga berperan dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi, seperti toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan kerja sama. Proses ini dapat dimulai sejak dini melalui kurikulum yang berfokus pada pembentukan karakter dan pendidikan kewarganegaraan. Di tingkat yang lebih tinggi, institusi pendidikan harus menciptakan ruang dialog yang bebas, di mana mahasiswa dapat berdiskusi, berbeda pendapat, dan belajar untuk mencapai konsensus.
Salah satu indikator keberhasilan demokrasi adalah partisipasi politik masyarakat. Pendidikan memberikan pemahaman kepada individu tentang hak dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara, termasuk dalam proses pemilihan umum, pengawasan kebijakan publik, dan keterlibatan dalam organisasi sosial. Pendidikan politik yang efektif tidak hanya melibatkan teori, tetapi juga praktik nyata, seperti simulasi pemilu atau keterlibatan langsung dalam kegiatan sosial dan komunitas.
Meskipun memiliki potensi besar, pendidikan untuk demokrasi tidak luput dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah politisasi pendidikan, di mana kurikulum atau institusi pendidikan digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Selain itu, munculnya disinformasi dan hoaks di era digital menuntut sistem pendidikan untuk lebih adaptif dalam mengajarkan literasi media dan digital kepada generasi muda.
Pendidikan adalah fondasi yang tidak tergantikan dalam membangun demokrasi yang berkeadilan. Melalui pendidikan, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga dibekali dengan nilai-nilai demokrasi dan kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan berorientasi pada pembentukan karakter adalah langkah esensial untuk menciptakan masyarakat demokratis yang sejahtera dan berkeadilan.
Dengan memastikan pendidikan yang adil dan merata, Indonesia dapat melangkah lebih dekat menuju cita-cita demokrasi sejati, di mana setiap individu memiliki suara dan kesempatan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H