Ngusaba Dodol di Banjar Padang Tunggal, Desa Duda, Selat, Karangasem Bali merupakan tradisi tua yang diyakini sudah ada sejak jaman adat Bali atau kerajaan Bali. Tradisi unik yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, hingga saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Usaba Dodol merupakan sebuah ritual tahunan yang menyatukan warga desa dalam kegiatan pembuatan dodol, makanan tradisional Bali yang terbuat dari beras ketan dan gula merah. Tradisi ini tidak hanya menghadirkan makanan khas, tetapi juga menyiratkan filosofi hidup Tri Hita Karana, ajaran yang mengutamakan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Khususnya, prinsip Pawongan atau hubungan harmonis dengan sesama manusia terasa sangat nyata dalam pelaksanaan Usaba Dodol. Melalui kegiatan ini, warga desa akan saling membantu, berinteraksi, dan menjaga kebersamaan yang menjadi landasan utama dalam kehidupan sosial mereka.
Usaba Dodol tidak hanya dilakukan oleh segelintir orang, melainkan melibatkan hampir seluruh anggota desa. Dari anak-anak hingga orang tua, semua turut andil dalam kegiatan ini. Proses pembuatan dodol yang memakan waktu lama menuntut kerja sama dan ketelatenan. Persiapan dilakukan bersama-sama, mulai dari memilih bahan-bahan, mengolah, hingga memasaknya. Proses ini memberi ruang bagi warga desa untuk berinteraksi, berbagi cerita, bertukar pengalaman, dan memperkuat ikatan sosial. Tidak hanya mempererat hubungan antar warga, kegiatan ini juga membuka ruang bagi kaum muda untuk belajar dari para orang tua, menjaga kesinambungan tradisi dan nilai-nilai lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Prof. I Nyoman Darma Putra, seorang ahli budaya Bali, berpendapat bahwa tradisi semacam Usaba Dodol memiliki pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam kajiannya, ia menyebutkan bahwa kegiatan berbasis komunitas seperti ini adalah salah satu kunci penting dalam menjaga kerukunan antar warga, terutama di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi yang seringkali mengikis nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat. Prof. Darma Putra juga menekankan bahwa tradisi ini memungkinkan setiap individu untuk merasa memiliki tempat dan peran penting di dalam komunitasnya, menciptakan ruang di mana warga desa dapat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain secara langsung.
Usaba Dodol bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga sarana penting untuk menjaga harmonisasi sosial di antara masyarakat. Dengan tradisi ini, berhasil mempertahankan nilai-nilai luhur yang telah menjadi identitas mereka selama berabad-abad. Di era modern yang didominasi oleh gaya hidup individualistis, Usaba Dodol menjadi contoh nyata bagaimana interaksi sosial dapat menciptakan hubungan yang lebih mendalam dan penuh makna di antara sesama warga. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia merupakan nilai yang harus tetap dipertahankan. Hal ini sangat berharga, terutama di tengah arus globalisasi yang seringkali mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih berfokus pada diri sendiri.
Selain itu, tradisi semacam Usaba Dodol dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam menjaga ikatan sosial dan memperkuat identitas budaya lokal. Banyak masyarakat yang menghadapi perubahan sosial yang pesat sehingga mengalami keterputusan dari nilai-nilai sosial yang sebelumnya sangat kuat. Usaba Dodol membuktikan bahwa dengan melibatkan seluruh warga desa, tradisi dapat menjadi ruang untuk mempererat ikatan antar-warga, membangun kebersamaan, serta merawat ikatan antar-generasi. Dalam perspektif ini, tradisi tidak hanya dipandang sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai fondasi bagi keutuhan sosial masyarakat.
Melalui Usaba Dodol, masyarakat mampu menghadirkan kembali esensi dari Pawongan yang menjadi pilar penting dalam Tri Hita Karana. Mereka berhasil mengaktualisasikan nilai kebersamaan dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan harmoni di antara sesama. Hal ini juga sejalan dengan pandangan Koentjaraningrat, seorang antropolog ternama di Indonesia, yang mengatakan bahwa budaya adalah sebuah produk sosial yang harus terus dipelihara dan diperbarui agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Usaba Dodol menjadi salah satu contoh cemerlang bagaimana masyarakat lokal dapat menjaga dan merawat identitas mereka melalui kegiatan bersama yang melibatkan seluruh anggotanya. Ini adalah cara masyarakat untuk bertahan di tengah perubahan tanpa kehilangan jati diri mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H