Seiring berkembangnya zaman, konsep gengsi telah berubah secara signifikan terutama pada generasi Z. Generasi yang terlahir diera digital dengan segala kemudahan dalam mengakses informasi, memiliki cara pandang terhadap gengsi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Gengsi yang selama ini dianggap sebagai penghalang terkuat dalam memulai usaha, kini dianggap sebagai hal biasa dan kebebasan berekspresi untuk menemukan diri sendiri. Gen-Z yang bersifat terbuka membukti bahwa gengsi bukanlah penentu kebahagian ataupun kesuksesan seseorang.
Salah satu ciri Gen-Z adalah kecenderungan berfokus pada keaslian diri. Gengsi yang dulunya identik dengan penampilan fisik dan barang-barang mewah, kini bergeser menjadi gengsi yang lebih autentik. Banyak Gen-Z yang merasa bangga akan segala sesuatu yang ada pada dirinya mereka tidak takut akan hujatan bahkan mereka memilih untuk tidak mengikuti trend yang tidak sesuai dengan kepribadian mereka. Sebaliknya, Gen-Z lebih menghargai pengalaman, kreativitas, dan kebebasan mengeksplor diri.
Tidak hanya itu, Gen-Z berani menyuarakan isu-isu yang mereka pedulikan. Dalam hal ini gengsi bukanlah soal memiliki status tertentu, melainkan memperjuangkan nila- nilai yang penting bagi mereka. Keberanian berpendapat dan bertindak demi perubahan sosial yang mereka inginkan adalah ciri khas mereka. Gen-Z tidak terbebani oleh omongan netizen dan tidak terikat akann ekspetasi orang lain.
Namun, hal ini bukan berarti bahwa Gen-Z mengabaikan pandangan ataupun pendapat orang lain. Tetapi mereka lebih menghargai dan bergaul dengan orang yang menerima mereka apa adanya. Bagi mereka gengsi tidak dapat terlihat dari pakaian luar, melainkan kesetiaan terhadap prinsip pada diri sendiri, kepastian akan keputusan yang mereka ambil dan bagaimana mereka dapat memberi dampak positif bagi masyarakat luas.
Dalam hal karir, banyak dari mereka yang memilih untuk mengembangkan passion dan minat pribadi. Meskipun hal ini tidak menjanjikan hasil yang tinggi dan status sosial yang besar. Mereka lebih mementingkan kepuasan pribadi bukan mementingkan ekspetasi konvensional tentang apa yang dianggap sukses. Gen-Z memiliki pandangan yang lebih modern, komplek dan beragam pada dunia kerja. Dengan akses teknologi yang luas, mereka mampu menggunakan dengan bijak.
Pada akhirnya, gengsi bagi Gen-Z bukanlah penghalang melainkan upaya refleksi untuk mendapatkan apa yang mereka impikan. Mengenai perkembangan zaman Gen-Z lebih mementingkan bahwa menjadi diri sendiri lebih baik daripada berusaha memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain.
Meskipun begitu, gengsi dalam beberapa konteks tetap bisa dijadikan motivasi untuk menjadi seorang individu. Namun, Gen-Z menunjukkan bahwa tidak boleh terjebak pada gengsi yang membatasi melainkan bisa memilih sebebas mungkin untuk menjadi diri kita yang sebenarnya. Gengsi yang sehat adalah gengsi yang memberi ruang untuk berkembang bukan gengsi yang mengekang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H