Mohon tunggu...
De Nind
De Nind Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Semu merah padam menyeruak jenaka,\r\nmengalirkan kata-kata,\r\naku meledak\r\ndengan sajak yang tertulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menitip Rindu pada Angin

7 Desember 2014   01:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:53 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sayang, angin itu abadi.
Namun tak seabadi rinduku padamu.

Mendadak dedaunan itu menari.
Menyembul dibalik ranting-ranting riuh.
Bergemuruh menyampaikan rindu
;yang mengintip diam-diam.
Bersama seekor kunang-kunang
Kau hembuskan rindu serupa angin
Semilir lembut menyejukkan jiwa
Begitulah caramu menitip rindu pada angin

Sayang, angin itu abadi.
Namun tak seabadi rinduku padamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun