Mengulik Gaya Diplomasi Nabi I:
Nabi Ibrahim A.S
Diplomasi merupakan aktivitas politik yang dilakukan oleh negara dengan negara lain. Aktivitas ini memiliki tujuan mencapai kepentingan negara yang bersangkutan maupun mempertahankan kerjasama guna menjaga prestise sebuah negara. Diplomasi selalu kental hubungannya dengan perjanjian, negosiasi dan perundingan. Dalam pemaknaannya yang luas diplomasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan upaya.
Tidak hanya dalam dunia Barat, nyatanya Islam telah mengukir sejarah diplomasi sejak lama. Â Perbedaan yang terdapat dalam dua diplomasi tersebut terletak pada tujuan diplomasinya. Barat hanya berorientasi pada national interest saja.
 Sedangkan dalam prespektif Islam diplomasi lebih dimaknai sebagai sarana untuk mencapai kepentingan umat, menitikberatkan kepada perdamaian dan dilaksanakan demi rahmatan lil 'alamin. Diplomasi secara implisit telah termaktub dalam al-Qur'an, salah satunya dalam bentuk kisah-kisah para Nabi.
Sejarah atau Tarikh (dalam bahasa Arab) merupakan salah satu sumber yang paling konkrit dalam ranah pembahasan Hubungan Internasional. Keilmuan yang ada pada masa ini merupakan hasil riset dan percobaan yang dilakukan pada masa lampau.Â
Kegagalan dan keberhasilan yang terus terjadi, justru menghasilkan nilai dan hasil yang dapat dijadikan sumber keilmuan di masa sekarang. Begitupun kisah hidup seseorang juga dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga dan menjadi ajuan atau tolak ukur di masa sekarang. Termasuk kisah Rasulullah, Nabi dan para orang terdahulu.
Gaya Diplomasi Nabi Ibrahim A.S.
Nabi Ibrahim as lahir di daerah bernama Babilonia, di wilayah Kaldaniyyun lebih tepatnya. Seorang keturunan Sam. Ayahnya yang bernama Azar merupakan seorang pembuat dan penjual berhala, serta sudah dapat dipastikan pula bahwa ia seorang penyembah berhala. Nabi Ibrahim as lahir pada masa yang dipimpin oleh seorang raja bengis yang bernama Namrud.
Pada masa kecil menuju dewasa, Nabi Ibrahim remaja mencari hakikat Tuhan yang masih menjadi hal yang meragukan bagi dirinya. Hingga ia meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Tauhid adalah ajaran yang harus ia sampaikan dan ajarkan kepada umatnya, termasuk kepada Raja Namrud dan ayah kandungnya sendiri yang juga merupakan penyemba h berhala.
Dalam usahanya untuk menyampaikan ajaran Allah SWT, Nabi Ibrahim yang memiliki karakter lembut, santun dan cerdas telah berusaha secara damai dalam dakwahnya. Perundingan dan diskusi yang mendalam dengan ayahnya tidak juga kunjung menemukan hasil yang memuaskan dari tujuan penyebaran ajaran Tauhid yang dibawanya. Karena sifatnya yang sabar dan santun ia terus-menerus mengajak diskusi ayahnya tentang Allah SWT dan ajaran Tauhid.
Kisah diplomasi Nabi Ibrahim as bisa dilihat dari caranya berdakwah kepada ayahnya sendiri. Tak hanya itu, upayanya menyadarkan umat dan rajanya yaitu Namrud juga mengandung nilai-nilai diplomasi. Upaya yang nabi Ibrahim lakukan bertujuan untuk membuktikan bahwa berhala yang mereka sembah bukanlah sebenarnya Tuhan.