Mohon tunggu...
Nilma Yuliza
Nilma Yuliza Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Di era teknologi yang semakin canggih, gak ada lagi hambatan bagi ibu rumahan yang ingin mengekspresikan diri, entah itu lewat tulisan ataupun tontonan. Untuk menjaga kewarasan, ada banyak hal positif yang bisa dilakukan. Semoga apa yang saya tulis, bermanfaat untuk diri saya sendiri dan para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan adalah Pelajaran

6 Agustus 2024   19:55 Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:59 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pelajaran yang sesungguhnya ada di perjalanan"


Kalimat ini benar adanya, begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan ketika melakukan perjalanan ke mana pun. Entah itu tentang melatih kesabaran, meredam keegoisan dan lain sebagainya. 

Seperti yang saya saksikan hari ini,  saya menaiki angkot 03 warna biru muda dari arah Tanah Abang menuju Benhil. Saya duduk persis di belakang sopir, dibangku panjang yang biasa diisi oleh 6 orang. Angkot terisi penuh penumpang, ada sekitar sepuluh orang. Angkot yang kami tumpangi berhenti ketika hendak melewati perlintasan kereta api di stasiun karet. Saya gak tau persis nama daerahnya, maklum anak rantau yang jarang keluar kandang.. Hehehe

Disela menunggu kereta api melintas, pak sopir melihat temannya sedang duduk sendirian dipinggir trotoar. Lalu ia panggil dan disuruh beli rokok dua batang saja. Saya yakin pak sopir itu pasti jarang merokok, sebab dia gak punya korek api, saya lihat dia pinjam korek punya temannya tersebut. Biasanya kan kalo perokok aktif pasti selalu bawa korek kemana-mana, ya kan?
Dan pak sopir memang niat berbagi ke temannya itu, sebab bisa aja dia langsung panggil yang punya warung dipinggir jalan itu buat antar rokoknya. 

Singkat cerita temannya balik dengan membawa dua batang rokok, dengan langkah gontai dia antarkan dua batang rokok itu ke pak sopir. "Buat kamu aja satu lagi itu, saya udah cukup satu ini aja, sekalian pinjam korek mu ya".. Ujar sopir. Seketika senyum sumringah terpancar di wajah temannya itu. 

Terlihat sederhana, hanya dengan sebatang rokok pak sopir udah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati temannya. Sembari bilang makasih berkali-kali, dia kembali ke pinggir trotoar sambil menikmati sebatang rokok tersebut. 

Bagaimana dengan kita?
Sudahkah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati orang lain dengan hal sederhana yang kita bisa?
Atau sebaliknya, tanpa sadar telah menghancurkan perasaan sesama dengan ucapan yang kadang gak disengaja keluar begitu saja? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun