Sosial media sudah gak asing lagi ditelinga kita. Menurut data statistik, pertumbuhan pengguna telah melesat secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir.Â
Indonesia telah menjadi salah satu pasar terbesar bagi platform WhatsApp, YouTube, TikTok, Instagram, Facebook dan yang lainnya.Â
Bisa dibilang kita sudah memasuki kategori ketergantungan. Contohnya saja kita lebih suka berbelanja online ketimbang harus ke mall atau swalayan. Lebih efisien waktu, terhindar panas dan kemacetan.Â
Mendengarkan tausyiah sambil mengerjakan pekerjaan rumah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, pekerjaan rumah kelar, ilmu pun didapat.Â
Apalagi bagi ibu rumah tangga yang ingin memiliki penghasilan tanpa harus meninggalkan rumah, bisa dengan berjualan online, affiliator, konten kreator, copywriter, online tutor, writer dan lain sebagainya.Â
Kemudian dengan sosial media, memudahkan kita mengetahui banyak hal, bukan buat kepoin kehidupan orang lain lho yaa.. Hehehe
Namun dibalik kemudahan yang didapat, kemajuan teknologi ini juga ada dampak negatifnya. Seperti yang kita lihat, banyak perselingkuhan terjadi lewat sosial media. Ditambah lagi pengaruh buruk terhadap kesehatan mental sebagian pengguna. Sering gak sadar menghabiskan waktu scrolling media sosial hanya untuk melihat yang gak berfaedah, saya pun sering terjebak disitu. Kadang terasa malas untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat karena udah merasa nyaman rebahan sambil menonton ke randoman  manusia di seluruh belahan dunia.Â
Untuk itu kita harus bisa memilah dan memilih trend yang mana yang harus diikuti. Menghabiskan waktu untuk scroll boleh saja, asal ada manfaatnya buat kita. Misalnya nih, sebagai ibu rumah tangga kadang kita bingung mau masak apa atau mau bikin bekal apa untuk keluarga. Nah, kita bisa tuh scroll nyari referensi masakan enak dan yang simpel bikinnya.Â
Harus membentengi diri mana yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang tidak. Perlu diingat, yang ditampilkan di sosial media itu udah pasti melalui proses editing, dipercantik dan bahkan kadang berbeda dengan kenyataannya alias hoax.Â
Beberapa survey memaparkan bahwa, tontonan yang sering dilihat pengguna akan berdampak pada kehidupannya sehari-hari. Jika kita terlalu sering mengkonsumsi tontonan negatif seperti perselingkuhan, pembunuhan dan bentuk kriminal lainnya, maka zat endorfin dalam otak kita akan merekam adegan itu. Â Dan diri kita akan merasa diperlakukan seperti itu. Misalnya ibu ibu nih, abis nonton perselingkuhan pasti langsung ngecek handphone suaminya, berfikir bahwa suaminya akan melakukan hal yang sama. Hubungan yang awalnya saling percaya, harmonis menjadi retak hanya gegara sebuah tontonan. Yasalamm..Â
Mari kita gunakan kemajuan teknologi ini dengan baik, menyampaikan yang baik-baik, mendengarkan yang baik-baik dan menonton yang baik-baik. Apalagi bagi seorang ibu yang harus bisa mengontrol tontonan bagi anak-anaknya, terlebih dahulu harus bisa mengontrol diri sendiri.Â