Mohon tunggu...
Nilla Presilia
Nilla Presilia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat Kalangan Bawah Mencari Kebahagian dengan Merokok

17 Juli 2024   21:50 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:08 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan databook Atlas Tembakau Indonesia 2020, menyatakan bahwa semakin miskin masyarakat maka komsumsi rokok semakin tinggi. Disebutkan komsumsi rokok laki-laki tertiggi berada pada kelompok kalangan terbawah dengan presentase 82%, sementara itu konsusmsi tererndah berada pada kelompok teratas dengan presentase 58%. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dengan penghasilan rendah justru lebih banyak menghisap rokok dari pada kalangan berpenghasilan tinggi . Mengapa hal ini dapat terjadi ?, mengingat pula semakin tahun harga rokok mengalami kenaikan harga. 

Bahkan , komsumsi rokok cenderung tinggi pada masyarakat miskin yang ditandai dengan rokok menjadi kebutuhan kedua setelah beras . Cukup miris melihat fakta-fakta yang telah dipaparkan . Kebanyakan dari mereka menyadari akan perigatan yang telah tertanda di kemasan rokok, namun bagi mereka merokok sebagai bentuk pelarian diri dari dari semua permasalahan dan menuju kebahagian standart mereka

Terkait dengan permasalahan ini terdapat beberapa latar belakang yang menjadikan komsusmsi rokok semakin meningkat dikalangan masyarakat kalangan bawah. Professor Standford university, Keith Humpreys, menulis kepada Washington Post beberapa penyebabnya. 

Lingkungan, Lingkungan menjadi faktor utama dalam maslah ini, seperti dalam ungkapan " kita bisa melihat seseorang dengan siapa dia berteman" . Cukup relate ya dengan hal ini. Orang kaya akan memiliki peluang dukungan lebih besar untuk berhenti merokok, karena rata-rata mereka masuk dalam jaringan pertemanan yang sehat.

Depresi. Dalam rokok terdapat zat yang mampu memberikan efek tenang jika menghisapnya . Sehingga perasaan tenang akan mengahasilkan hormon dopamine yang membuat perokok merasa bahagia . Ditemani dengan secangkir kopi adalah perpaduan yang sempurna bagi perokok. Ketika orang kaya mengalami depresi, mengatasinya bukan dengan merokok , mereka akan mencari alternatif untuk meredam depresinya . 

Bermain golf, berlibur ke luar atau dalam negeri adalah salah satu alternatif yang di pilih sebagian orang kaya. Namun tidak dengan Masyarakat miskin, merokok adalah pilihan paling tepat menurut mereka. Karena dengan merokok sama saja mereka merasakan kemewahan tetapi dengan standart yang berbeda. Oleh karena itu, cara mendapatkan suatu penenang, rasa mewah , mereka lebih memilih dengan merokok.  Maka tidak heran , komsumsi rokok tertinggi berada pada masyarkat kalangan bawah disebabkan keterbatasan ekonomi.

Pendidikan. Pendidikan yang di tempuh seseorang akan mempengaruhi cara berpikir. Cara berpikir tersebut yang merupakan komponen utama dalam mengambil Keputusan. Jika sesorang memutuskan untuk  merokok , artinya pemikirannya jangka pendek atau jika zaman sekarang didasari oleh fomo. Dilansir dari halodoc.com, fomo adalah fenomena psikologis yang membuat seseorang ketinggalan momen, pengalaman, atau aktivitas yang sedang terjadi atau populer di lingkungannya. Jika seseorang menempuh Pendidikan tinggi, akan jarang ditemukan perokok di kalangan mereka. 

Mereka berpikir jangka Panjang serta enggan menerima konsekuensi jika menghisap tembakau itu, Meskipun, perokok mengetahui efek dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh rokok, tidak jarang dari mereka yang tetap melakoninya.

Karena, kembali pada paragraf sebelumya . Perokok dari kalangan bawah merasakan adanya  Solusi, kemewahan, kebahagiaan serta ketenangan dari hasil merekok meskipun terdapat konsekuensi yang akan menimpa kapan saja. Tetapi, jika terus menerus mencari kebahagian pada sesuatu yang buruk , bukankah hal tersebut justru merugikan diri sendiri ? Stay healty and be happy !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun