Mohon tunggu...
Nila Safitri
Nila Safitri Mohon Tunggu... -

Seseorang yang cukup simpel...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Cerita (2)

22 Desember 2010   22:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

***

Yang terutama, ini adalah kisah cinta, dan seperti kebanyakan kisah cinta lainnya, kisah cinta antara David dan Emma berakar dari tragedi. Pada saat yang bersamaan juga kisah tentang memaafkan, dan setelah selesai membaca, kuharap kau bisa mengerti tantangan-tantangan yang dihadapi mereka. Kuharap kau bisa mengerti keputusan-keputusan yang mereka ambil, yang baik sekaligus yang buruk, sama seperti aku berharap pada akhirnya kau akan mengerti keputusanku.

Tetapi izinkan aku menceritakannya lebih jelas: ini bukan hanya kisah antara Emma dan David. Jika ada permulaan kisah ini, itu adalah Jayatri, kekasih masa SMU seorang pengacara di Jakarta.

Jayatri, seperti suaminya, David, dibesarkan di Jakarta. Dipandang dari sudut manapun, Jayatri perempuan yang menarik sekaligus baik hati dan David mencintai Jayatri sepanjang masa remajanya. Jayatri berambut hitam panjang dan mata yang indah dan menurut yang kuketahui, aksen bicaranya bisa membuat laki-laki langsung lemas lututnya. Dia mudah tertawa, mendengarkan dengan penuh perhatian dan seringkali menyentuh lengan siapa saja yang sedang dia ajak bicara, seolah menyampaikan undangan untuk menjadi bagian dari dunianya.

Sebagai remaja Jayatri populer sekaligus cantik. David adalah kakak kelasnya, mereka dikenalkan oleh salah seorang teman. Aku tau, ada orang-orang yang mencemooh bahwa cinta sejati bisa terjadi pada usia semuda itu. Namun bagi Jayatri dan David hal itu terjadi, dan cinta mereka dalam banyak hal  jauh lebih kuat daripada cinta yang dialami orang-orang yang lebih dewasa, karena cinta mereka tidak ditempa kenyataan hidup.

Jayatri bekerja sebagai karyawan di sebuah bank dan David sebagai pengacara. Setelah menikah, mereka membeli rumah sendiri. Ketika putra pertama, Danish, lahir Jayatri memandang bayi yang baru lahir dalam gendongannya dan sadar menjadi ibu adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Jayatri adalah ibu yang luar biasa. Dia berhenti bekerja agar bisa tinggal di rumah menjaga Danish sepanjang waktu, membacakan cerita, bermain bersama anaknya dan mengantarnya ke taman bermain. Jayatri bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya memandang anaknya.

Tetapi di penghujung bulan Desember 2009, ketika berusia 29 tahun, Jayatri tewas. Kematiannya meredupkan cahaya di mata Danish dan menghantui David selamabertahun-tahun. Kematiannya membuka jalan bagi semua yang akan terjadi kemudian.

Jadi, seperti yang kubilang tadi, ini adalah kisah Jayatri, juga kisah David dan Emma. Dan sekaligus kisahku juga.

Aku juga berperan dalam semua kejadian itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun