Mohon tunggu...
Nila Safitri
Nila Safitri Mohon Tunggu... -

Seseorang yang cukup simpel...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Cerita

16 Desember 2010   06:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan cerita ini sesungguhnya dimulai? Dalam hidup ini, jarang sekali ada permulaan yang jelas. Ada saat-saat kita bisa mengatakan kapan, jika memandang ke belakang. Namun ada saat-saat ketika takdir bersilangan dengan hidup kita sehari-hari, menggerakkan rentetan kejadian yang hasil akhirnya tak mungkin kita ramalkan.

Hampir pukul dua pagi dan mataku masih terbuka lebar. Sebelum ini, setelah naik ke tempat tidur, aku bolak-balik di ranjang mencoba untuk tidur dan berdoa agar rasa kantuk segera datang menyergap, sampai hampir satu jam sebelum akhirnya menyerah. Sekarang aku duduk di meja tulisku, dengan bolpoin di tangan, berpikir tentang persilangan jalan hidupku dengan takdir. Ini bukan hal aneh bagiku. Belakangan ini sepertinya hanya ini yang terpikir olehku.

Selain bunyi teratur tik tok jam dinding, rumah sudah sepi. Seluruh keluargaku sudah tidur, tetangga yang biasanya begadang dan mengobrol di luar rumah juga sudah tidak terdengar lagi suaranya dan ketika aku memandang kertas putih di depanku, aku sadar aku tak tahu harus mulai dari mana, bukan karena aku tak yakin dengan kisahku tetapi karena aku tak yakin mengapa sejak awal aku terdorong untuk menceritakannya.

Apa yang bisa diperoleh dengan menggali masa lalu?

Lagi pula, berbagai kejadian yang akan kuceritakan terjadi bertahun-tahun yang lalu. Tetapi ketika aku duduk, aku tahu aku harus mencoba menceritakannya kalau bukan untuk alasan lain selain pada akhirnya semua ini harus kulupakan.

Kenangan akan periode ini dibantu oleh beberapa hal: buku harian, album photo. Ada juga kenyataan bahwa aku telah beratur-ratus kali mengulang kembali kejadian-kejadian dalam cerita ini dalam pikiranku. Kejadian-kejadian itu membara dalam ingatanku. Aku tau tak mungkin menyusun kembali setiap perasaan atau pikiran yang terdapat dalam hidup orang lain tetapi dalam suka dan duka, itulah yang akan kucoba lakukan.

Bersambung..................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun