Mohon tunggu...
Nila Wati
Nila Wati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nilawati, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri Penjaga Bunga Mawar

31 Desember 2012   02:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah Sekar. Aku adalah seorang gadis yang tak pernah menemukan arti cinta yang sesungguhnya. Aku adalah anak seorang raja. Karena latar belakangkulah yang membuat aku sulit untuk menemukan arti cinta yang sesungguhnya. Kebanyakan pria memandangku sebagai seorang putri raja dan hanya menginginkan hartaku saja. aku menderita dengan keadaan ini.

Suatu ketika, aku dijodohkan dengan seorang pemuda dari negeri seberang oleh ayahku. Pemuda itu melamarku. Dia adalah seorang pangeran yang amat tampan. Ketika aku melihatnya, aku merasakan sesuatu yang lain dalam hatiku. Perasaan ini tak pernah aku rasakan sebelumnya.

Sikapnya membuat aku tambah terpikat olehnya.

Tapi aku mengajukan syarat untuk bisa menerima lamarannya. Aku meminta bunga mawar tujuh warna. Dia menyanggupi permintaanku. Dia kembali ke kerajaannya untuk mencari bunga mawar tujuh warna. Dan aku berharap dia akan segera kembali.

Namun, beberapa bulan selanjutnya. Sesuatu hal yang tak aku inginkan terjadi. Kerajaanku dan kerajaannya terjadi perselisihan. Dan peperangan pun dimulai. Aku telah mencoba membujuk ayahku untuk menghentikan peperangan ini, tapi semuanya sia-sia. Upayaku tak ada hasilnya.

Hingga aku mendengar ayahnya pangeran terbunuh dalam peperangan. Aku sangat sedih. Apalagi setelah mendengar bahwa ayahku sendirilah yang telah membunuh ayahnya pangeran pujaan hatiku. Sungguh seperti halilintar dalam hatiku.

Setelah mendengar berita itu aku langsung pergi ke kerajaan Barosa, tempat pangeran berada. Setibanya aku disana acara pembakaran pun akan segera dimulai. Aku datang dengan tergopoh-gopoh. Banyak prajurit yang tak mengetahui kedatanganku. Aku kini tiba dibarisan paling depan. Aku melihat sosok pangeran didekat tumpukan kayu.

Aku menangis tersedu-sedu. Dia kemudian berlahan menengok ke arahku.  Dia hanya terdiam.

“Pangeran maafkanlah ayahku…” pintaku sambil berlutut didepannya.

“Kenapa kamu berada disini, Pengawal suruh wanita ini pergi,” Ucapnya.

“Tidak pangeran, aku tidak ingin pergi. Maafkanlah kerajaanku,” Pintaku sambil menangis.

“Maaf Putri, Anda harus pergi”, seru seorang pengawal.

“Aku tidak mau, lebih baik aku mati ditempat ini daripada pergi,” jawabku dengan nada keras.

“Tunggu apa lagi kalian, suruh dia pergi!!! Bentak pangeran.

“Baik, pangeran!! Ucap semua pengawal secara serentak.

Beberapa pengawal, mendorongku keluar. Tapi aku melawan. Aku memukul mereka dengan sekuat tenagaku. Beberapa orangpun tumbang. Tapi jumlah mereka begitu banyak. Aku merasakan beberapa hantaman mengenai tubuhku. Dari bibirku keluar darah segar karena terkena pukulan yang amat kuat. Aku tetap melawan dengan sekuat tenagaku. Hingga aku merasakan ada sesuatu yang terasa dingin mengalir ditubuhku dan rasa sakit itu pun kini terasa. Ketika aku merabanya, tanganku penuh dengan darah. Di bahuku terluka kena tancapan tombak salah satu pengawal. Aku menjadi lemas. Tak bisa memompang berat tubuhku. Aku jatuh ke tanah.

“Putri, bertahanlah. Putri…!!!” teriak pangawal setiaku aku ke tempat ini hanya bersama dia. Dia memangku tubuhku. Mencoba tuk menyadarkanku. Aku melihat air mata menetes dari pipinya. Dia menutupi lukaku dengan tangannya.

“Putri, bertahanlah… bertahanlah…. Bertahanlah..” dia teriak semakin kencang.

Rasa sakit ini amat terasa sakit. Aku ingin bertahan. Tapi aku tak bisa, aku sudah semakin lemas. Aku hanya bisa menangis dan tersenyum. Dan semuanya telah berakhir.

“Tuan putri…..” teriak pengawalku.

Pangeran menengok ke arahku. Dia berjalan mendekat dan semakin dekat. Ketika dia mengetahui bahwa aku telah tiada, dia tiba-tiba lemas dan meneteskan air mata.

Aku yang kini tinggal arwah, berjalan ke arah datangnya bau harum. Setelah aku mengikuti dari mana datangnya bau itu. Aku menemukan sebuah taman yang penuh dengan bunga mawar berwarna-warni.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, ….. dan…..”

“Tujuh…” suara seorang laki-laki dari belakang.

Aku menengok ke belakang. Siapakah yang sedang berbicara kepadaku itu? Aku kan sudah menjadi arwah. Dan ternyata dia adalah arwah sang raja.

“Itu adalah bunga mawar yang ditanam sendiri oleh pangeran. Setiap hari dia selalu merawat bunga ini. berharap segera berbunga dan bisa memenuhi janjinya kepadamu. Ini adalah taman yang dibuat pangeran khusus untukmu,” Kata sang raja.

Tiba-tiba bayangan sang raja hilang. Aku hanya melihat kilatan cahaya putih. Aku mengerti bahwa pangeran sangat mencintaiku. Tapi kini kami telah ada didunia yang berbeda.

Karena itulah mengapa aku menempati tempat ini. Karena setiap hari pangeran selalu datang di tempat ini. Dia selalu menceritakan semua masalahnya di tempat ini. Aku selalu mendengarkan setiap ceritanya. Kadang dia bercanda dan menangis di tempat ini. Aku pun juga ikut menangis dan kadang juga tertawa. Meski dia tak bisa melihatku dan mendengarkan suaraku. Tapi dia selalu melakukan hal itu. Dan karena aku hanya mengijinkan pangeran saja yang masuk ke tempat ini. Jika orang lain masuk aku sering menganggu mereka. Ijinkanlah ditempat ini saja aku bisa memilikimu, meski aku tidak bisa menyentuhmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun