PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MELAWAN RADIKALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA
Nila Naila Salwa/PGSD/1SDA7
PENDAHULUAN
Radikalisme masuk dalam ancaman serius bagi generasi muda di era modern ini. Penyebabnya selain kesalahpahaman ideologi tertentu, juga pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membuat informasi mudah tersebar lewat media sosial di smartphone turut mengganggu kestabilan sosial dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada generasi muda dapat terpengaruh ajaran radikal dengan mudah. Masa remaja (15-18 tahun) adalah masa perpindahan dari kehidupan anak-anak menuju masa dewasa, dimana remaja aktif mencari identitas diri dan menyeimbangkan hubungan sosialnya dengan teman sebaya (Arianti et al., 2024). Sebagai kelompok yang penuh semangat dan memilik idealisme tinggi, seringkali menjadi sasaran bagi penyebar ideologi radikal.
Radikalisme adalah keyakinan bahwa segala cara diperbolehkan untuk mencapai tujuan. Penyebaran paham radikal sering dipicu berbagai faktor seperti; sosial, politik, dan ekonomi. Ketidakstabilan politik, ketidaksetaraan ekonomi, dan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial membuat generasi muda merasa tersisih karena tidak memiliki akses terhadap kesempatan yang adil dalam pendidikan, pekerjaan, atau kehidupan sosial. Ketidakpastian tentang masa depan dan perasaan ketidakadilan membuatnya merasa kecewa dengan keadaan sekitar hingga cenderung mencari solusi yang cepat. Keadaan ini kemudian dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ekstrem untuk menyebarkan ide-ide radikal. Radikalisme adalah tindakan negatif karena merusak demokrasi yang seharusnya menciptakan masyarakat yang harmonis, rukun, dan toleran (Yanuarti et al., 2019).
PEMBAHASAN
Ketidaktahuan terhadap nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman turut memperburuk masalah ini. Kurangnya penekanan pendidikan karakter menyebabkan sebagian generasi muda terjebak dalam pola pikir yang sempit dan mudah terprovokasi pada ideologi yang ekstrem. Sebagai generasi muda yang umumnya sangat tertarik dengan hal-hal baru, kesempatan tersebut adalah cara yang tepat untuk mengenalkan pengetahuan Pendidikan salah satunya mencegah radikalisme. Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu metode yang paling efektif untuk mencegah radikalisme (Bagus et al., 2023).
Banyak generasi muda yang tidak cukup memahami pentingnya karakter berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan kewarganegaraan bukan sekadar pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila, membantu generasi muda untuk hidup rukun dalam keberagaman, saling menghormati, cinta tanah air, dan mengikuti aturan yang berlaku serta mengajarkan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kurikulum yang dirancangpun memiliki tujuan agar siswa dapat memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan utama yaitu memanusiakan, membudayakan, dan memberdayakan individu agar dapat menjadi warga negara yang berperan aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan negara (Arianti et al., 2024).
Pancasila sebagai dasar negara bisa menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah sosial radikalisme. Sila pertama mengajarkan untuk menghargai kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta menghindari sikap ekstrem yang bisa berujung pada kekerasan. Sila kedua, mengajarkan untuk menghormati hak setiap orang. Sila ketiga mengajarkan untuk menjaga kesatuan bangsa di tengah perbedaan. Sila kempat, mengajarkan untuk diskusi dan musyawarah di rumah, sekolah, dan masyarakat. Dengan terbiasa berperan aktif dan menghargai pendapat orang lain, mereka akan lebih sulit terpengaruh oleh radikalisme. Sedangkan sila kelima, mengajak untuk menciptakan keadilan di berbagai bidang. Jika keadilan dirasakan oleh semua orang, radikalisme yang muncul karena ketidakpuasan bisa dicegah (Winarni, 2020).
Upaya mencegah radikalisme melalui Pendidikan kewarganegaraan juga membutuhkan kerja sama antara guru, keluarga, dan masyarakat. Guru perlu dilatih agar dapat mengajar dengan cara yang interaktif dan menarik. Sementara keluarga dan masyarakat juga harus mendukung nilai-nilai yang diajarkan di sekolah sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari (Julita E. et al., 2024). Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan jika diajarkan dengan cara yang relevan dan terhubung dengan kehidupan nyata, dapat menjadi alat yang efektif untuk melindungi generasi muda dari pengaruh radikalisme. Karena itu, optimalisasi Pendidikan kewarganegaraan sebagai langkah pencegahan radikalisme harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan di Indonesia.
KESIMPULAN