Mohon tunggu...
nila putri adifiana
nila putri adifiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang tertarik pada dunia pendidikan dan opini publik.

Selanjutnya

Tutup

Home

Anak Broken Home: Bertumbuh di Antara Keluarga Baru Ayah dan Ibu

1 Januari 2025   16:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:40 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Home. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada banyak cerita tentang anak-anak yang tumbuh dalam keluarga broken home. Beberapa di antaranya berhasil berdamai dengan luka masa kecilnya, tapi ada juga yang tetap terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Ini adalah cerita tentang anak yang melihat ayah dan ibunya melanjutkan hidup, membangun keluarga baru yang tampak bahagia, tetapi dirinya sendiri masih berjuang untuk menemukan kedamaian.

Ketika Rumah Tidak Lagi Sama
Bagi anak broken home, rumah seringkali berubah menjadi tempat yang asing. Ketika ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah, "rumah" yang seharusnya menjadi tempat paling aman justru kehilangan maknanya. Perasaan terpisah, terasing, dan kehilangan mulai tumbuh sejak kecil, mengisi hati dengan pertanyaan: "Kenapa rumah kita tidak utuh seperti orang lain?". Dan ketika dewasa, luka itu tak serta-merta hilang. Bahkan lebih rumit lagi ketika ayah dan ibu sudah bahagia dengan keluarga baru mereka. Rumah mereka kini "Cemara," penuh tawa dan kehangatan. Tapi anak yang tumbuh di antara retaknya keluarga itu justru merasa menjadi bagian yang tertinggal.


Mencari Tempat di Antara Keluarga Baru
Hal yang sulit bagi anak broken home adalah merasa tidak memiliki tempat di hati ayah atau ibu yang telah membangun hidup baru. Mereka menjadi tamu di rumah ayah, begitu pula di rumah ibu. Melihat keakraban ayah dengan anak-anak dari pernikahan barunya, atau mendengar cerita ibu tentang bahagianya hidup sekarang, terkadang meninggalkan rasa iri yang tak bisa dihindari.
Bukan karena tidak ingin mereka bahagia, tapi karena anak ini masih membawa luka yang belum sembuh. Rasa sakit karena kehilangan rumah yang utuh sejak kecil membuat mereka sulit mempercayai hubungan apa pun, bahkan hubungan dengan diri sendiri.


Ketika Luka Masa Kecil Masih Membekas
Dampak broken home tidak berhenti pada masa kecil. Banyak anak yang tumbuh dewasa dengan rasa takut akan komitmen, keraguan untuk mencintai, atau ketidakmampuan untuk percaya. Mereka merasa sulit untuk melangkah maju, seolah-olah ada bagian dari mereka yang masih terjebak di masa lalu. Dan lebih menyakitkan lagi, saat mereka membandingkan diri dengan keluarga baru ayah dan ibu. "Kenapa mereka bisa bahagia, sementara aku masih belum menemukan kedamaian?"


Berdamai dengan Diri Sendiri
Namun, meskipun sulit, bukan berarti tidak mungkin untuk berdamai dengan luka masa lalu. Langkah pertama adalah menerima bahwa luka itu nyata dan tidak salah untuk merasa sedih. Anak broken home perlu menyadari bahwa kebahagiaan orang tua mereka tidak menghapus pentingnya perasaan mereka sendiri. Terapi atau konseling bisa menjadi cara untuk memproses trauma dan menemukan cara untuk melangkah maju. Membuat makna baru tentang keluarga juga bisa membantu. Keluarga tidak harus selalu berarti hubungan darah---itu bisa menjadi teman, pasangan, atau bahkan komunitas yang menerima mereka apa adanya.


Akhir yang Kita Ciptakan Sendiri
Anak broken home mungkin tumbuh dengan luka, tapi luka itu tidak harus menjadi akhir cerita mereka. Perjalanan untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan memang tidak mudah, tapi setiap langkah kecil menuju penyembuhan adalah sebuah kemenangan. Kita tidak bisa memilih masa lalu kita, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalani masa depan. Dan meskipun perjalanan ini sulit, ingatlah: kamu tidak sendirian. Setiap luka adalah pengingat bahwa kamu kuat, dan setiap perjalanan adalah milikmu untuk ditulis sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun