Mohon tunggu...
Vox Pop

Balada Penumpang Angkot di Ibukota

17 Juni 2015   09:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:37 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Deru kendaraan umum di Jakarta sudah dimulai sejak ayam belum berkokok. Dimulai dari para ibu yang pergi ke pasar di jam 2 atau 3 pagi. Sebagai pekerja pun saya juga merasakan serunya ber”angkot” ria di Ibukota. Pekerja-pekerja di Jakarta memulai hari jauh lebih pagi dibanding dengan ayam berkokok, yang dahulu digunakan penanda bahwa hari sudah pagi dan kita harus segera bangun. Kondisi Jakarta yang semakin “Indah” (read: semrawut) dan padat membuat para pekerja di Jakarta menjadi petarung-petarung ulung di jalanan Jakarta. Salah satu teman saya harus berangkat jam 5 pagi dari rumahnya di Tangerang untuk sampai di kantornya di bilangan Sudirman sebelum jam 8 pagi. Hal ini tentu membuat ia bangun dan mempersiapkan diri jauh lebih pagi.

Keseruan sebagai penumpang angkot dimulai sejak kita menunggu angkutan umum. Pada pagi hari dimana semua orang akan mulai beraktivitas. Para penumpang  harus berdesak-desakan dengan penumpang lain yang juga memanfaatkan jasa pak sopir angkot. Belum lagi yang mengantri untuk naik transjakarta, moda transportasi andalan warga Jakarta, akan terlihat antrian yang sangat panjang di halte-halte tertentu di jam-jam padat. Jika tidak percaya silahkan datang ke halte harmoni pada jam 7 pagi atau jam 5 sore. Anda akan merasakan “sensasi” menjadi warga Jakarta yang mengandalkan angkutan umum.

Stressor bagi para penumpang belum berhenti disitu, sopir angkot yang kejar setoran sehingga harus kebut-kebutan, harus melewati pembatas jalan, dan menurunkan penumpang dengan kendaraan yang tetap berjalan sangat memacu adrenalin para penumpang. Yang tidak jarang menimbulkan teriakan-teriakan penumpang ibu-ibu bagai sedang naik permainan hysteria di Dufan. Sampai-sampai pernah ada teman saya yang memberi “quote” orang paling stress di Jakarta adalah supir angkot, yang nomor dua adalah penumpang angkot. Hal ini dia sampaikan setelah melihat perilaku supir angkot yang sering marah-marah di jalan, menurunkan penumpang seenaknya, dan juga sering sekali melanggar aturan lalu lintas.

Jumlah angkutan umum di Jakarta pada tahun 2014 mencapai 19.064 kendaraan dengan total trayek sebanyak 415 trayek. (Jakarta.go.id). Angkutan umum ini terdiri dari bus patas AC (821 kendaraan, 109 trayek), Patas (365 kendaraan, 29 trayek), Reguler (16.826 kendaraan, 248 trayek), busway (859 kendaraan, 12 trayek), serta APTB (193 kendaraan, 17 trayek). Data ini merupakan data dari dinas perhubungan di tahun 2014, belum lagi jika ditambahkan dengan penambahan armada yang terjadi di 2015. Data diatas belum termasuk dengan bajaj, bus sekolah, dan bus pariwisata gratis yang merupakan program pemerintah DKI. Dengan jumlah kendaraan sebanyak ini, terbayang seperti apa kepadatan Ibukota tercinta pada waktu rush hour .

Hal yang sangat disayangkan adalah dengan jumlah angkutan umum yang banyak ini, tidak diimbangi dengan perawatan kendaraan yang baik. Banyak sekali kendaraan-kendaraan yang tidak layak pakai, mulai dari mesin-mesin yang berkarat, tempat duduk yang rusak, serta rem yang sudah lagi tidak berfungsi sempurna. Pemerintah DKI Jakarta bukan tanpa usaha memperbaiki kondisi angkutan umum di Jakarta. Pemda DKI telah membuat program peremajaan angkutan umum di Jakarta dan menciptakan angkutan yang lebih nyaman. Menurut Wakil Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) 65 persen kendaraan umum di Jakarta usianya diatas 10 tahun dan memerlukan peremajaan. Jenis kendaraan ini antara lain bus besar, bus kecil, taksi, bajaj.

Sebagai warga yang menyandarkan aktivitasnya pada kendaraan umum, kenyamanan pastilah menjadi harapan utama bagi warga. Belum lama ini ada video yang diunggah oleh netizen ke media social tentang perilaku sopir angkutan umum yang berputar sembarangan di area yang tidak seharusnya. Hal ini didukung oleh gubernur DKI Jakarta, bagi warga yang melihat ketidaksesuaian atau angkutan umum yang tidak patuh aturan dipersilahkan untuk melapor langsung via sms ataupun menggunggah video ke media social agar dapat diakses oleh seluruh warga dan menjadi “sanksi sosial’ bagi si pelaku.

Sebagai penumpang kita tidak hanya bisa duduk diam ikut kemana pak sopir membawa kita. Namun kita juga bisa menjadi pengingat bagi para sopir agar berkendara dengan santun di jalan atau sebagai pelapor jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai. Dengan monitoring dari para peguna, hal ini bisa jadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terutama tindakan tegas bagi angkutan umum yang jelas-jelas mengabaikan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Aspirasi para penumpang angkutan ini harus diperhatikan oleh pemerintah, karena mereka semua berperan penting mengurangi kemacetan Jakarta dengan tidak menggunakan kendaraan pribadi saat beraktifitas.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun