Mohon tunggu...
nilamaslaha
nilamaslaha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Say Bismillah, Masyaallah and Alhamdulillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Quarter Life Crisis untuk Kesehatan Mental

19 November 2021   16:20 Diperbarui: 19 November 2021   16:29 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia memiliki problematika terhadap keberlangsungan hidupnya sendiri-sendiri, dan ketika masalah yang di hadapinya sedang terjadi, banyak sekali yang beranggapan bahwa masalahku terlalu rumit, orang lain gak akan mengerti atau ada yang terlalu berlarut dalam masalahnya sehingga bisa berpengaruh buruk bagi kesehatan mental nya,  bahkan sampai berpemikiran ingin mengakhiri hidupnya.

Quarter life crisis, Fase ini pasti dialami setiap manusia, biasanya orang yang mengalami hal dimana seseorang selalu merasa cemas dan tidak pasti dalam menentukan arah serta kualitas hidup.

Biasanya mereka yang mengalami hal ini sering kali merasakan hal-hal seperti:
Kesulitan mengidentifikasi kebutuhan dan membuat keputusan merasa terjebak dengan pilihan yang sudah terlanjur dibuat bingung antara terus mengejar mimpi atau memilih jalan hidup yang biasa saja tapi aman, Takut merasa ketinggalan dibanding orang lain, terutama dengan yang seumuran, Kurang motivasi, selalu merasa lelah, stress, cemas, dan depresi.  
Dalam kasusnya sering kali orang yang sedang mengalami quarter life crisis ini lebih cenderung terjadi kepada orang dewasa,biasanya mereka yang baru keluar dari zona nyamannya lalu mengahadapi kerasnya kehidupan luar, hal ini biasanya dialami oleh seseorang yang sedang mencari pekerjaan.


Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam Quarter Life Crisis (QLC)):
Fase Pertama, Seseorang akan merasa terjebak dalam suatu kondisi, baik itu dalam pendidikan, pekerjaan, hubungan asmara atau ketiganya. Dia akan merasa berada di suatu keadaan yang begitu menjerat dan tidak mudah untuk keluar dari zona tersebut.
Fase Kedua, Pada fase ini seseorang akan merasa dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ketika sadar akan posisinya yang rentan, dia akan berusaha keras untuk mengejar target dan mengubah segalanya menjadi lebih baik. Berhati-hatilah dalam melangkah karena jika kamu gagal dalam fase ini, maka akan kembali ke fase pertama. Bahkan bukan tidak mungkin dengan tingkat depresi yang lebih berat.
Fase Ketiga, Pada fase ini munculah keinginan untuk memulai kehidupan yang baru. Hal ini terjadi saat seseorang berhasil mencapai satu target dalam hidupnya. Sebagai contoh, ketika seseorang berhasil meraih gelar sarjana, maka akan timbul perasaan lega, bangga dan puas telah melewati fase perkuliahan. Hal ini tidak berlangsung lama, karena setelahnya dia akan merasa harus memupuk semangat lebih tinggi agar untuk mencari pekerjaan impian atau melanjutnya studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Fase Keempat, merupakan fase timbulnya komitmen dalam diri terhadap pendidikan, pekerjaan atau hubungan asmara yang tengah dijalaninya. Pada fase ini, kamu siap menghadapi tantangan dan kehidupan baru dengan segala aktivitas dalam hidupnya.


Proses hidup seseorang sebenernya berbeda-beda, terkadang ada yang melewati tangga kehidupan mudah saja tapi di balik kemudahan itu ada saja rintangan begitupun sebaliknya, ibarat kata kalau sedang menaiki kapal laut,di dalam kapal itu kita tenang karena semua persediaan itu ada dan kita sudah merasa tercukupi, tapi kita gak pernah tau keadaan laut, apakah nanti akan terjadi badai atau tenang-tenang saja, jadi semua itu hanya sebuah fase-fase dalam hidup, hidup tidak sesederhana yang kita kira, karena dalam hidup pasti akan ada tiba dimana kalian akan merasakan yang namanya quarter life crisis secara tidak pernah kita sadari datanganya, kalaupun sesederhana itu tidak akan ada tantangan-tantangannya, sebenernya hidup itu memang menyeramkan tetapi isi kepala kita lah yang lebih menyeramkan.


Cara menghadapi Quarter Life Crisis :
Jangan terlalu tenggelam dalam kegalauan, pelan-pelan hadapi dengan baik-baik agar kesehatan mental kita tidak terganggu
berhenti membandingkan dengan orang lain. Coba untuk tetap bersyukur dengan apa yang kita miliki. Pastikan untuk terus fokus pada tujuan yang kita inginkan, dan usahakan untuk menjalaninya dengan sebaik-baiknya.
Berusaha mengapresiasi dan mencintai diri sendiri. Mengingat, selama ini kita terlalu sibuk membandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu, coba untuk kenali diri sendiri lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun