Ya, saya tertarik dengan kata kebiasaan karena ternyata pemahaman kata tersebut lebih dalam dari apa yang saya ketahui sebelumnya. Menurut Dr. Stephen R. Covey, seorang yang dikenal dengan Bapak kepemimpinan di dunia menyatakan kebiasaan merupakan suatu hal yang dikerjakan secara rutin tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Sepakat? Saya rasa Anda juga akan menganggukkan kepala tanpa harus berusaha mencari pembenaran dari definisi ini.
Sederhana sekali, ketika kita menyadari ada kegiatan yang sering kita lakukan berulang-ulang sehingga lama kelamaan hal itu terjadi tanpa Anda sadari. Tapi apakah kita menyadari bahwa hal yang berulang-ulang tersebut dapat membentuk dan mencerminkan karakter kita? Sederhana tetapi bila terlena maka kebiasaan tersebut akan mengontrol nasib kita.
Siapa itu Stephen R. Covey? Jika Anda pergi ke laman google dan mengetik nama itu maka akan muncul tulisan The 7 Habits of Highly Effective People. Buku terlaris sepanjang masa. Kenapa saya berani berbicara demikian, karena teori 7 Habits kepemilikannya berasal dari prinsip alam. So, siapapun yang berada di bumi dan dalam satu alam yang sama maka akan selalu terpapar dengan dampak dari konsep ini. Kepada semua peserta pelatihan 7 Habits yang pernah saya fasilitasi, saya selalu berkata “7 Habits bukanlah kepunyaan Stephen.
Semuanya sudah ada di alam. Namun yang membuatnya lekat dengan beliau adalah bahwa konsep dan sistematika menjadi orang yang sukses secara terus menerus ini ditemukan oleh beliau dengan riset panjang.” Maka saya berani mengatakan bahwa 7 kebiasaan yang terdiri dari be proactive, begin with the end in mind, put first thing first, think win win, seek first to understand then to be understood, synergize, and sharpen the saw, WORK for all of the people in universe.Karena itu saya percaya dengan membantu banyak orang untuk memahami konsep ini dalam berbagai cara sedikit banyaknya akan menginspirasi satu, dua, hingga sekelompok orang untuk mampu menghadapi berbagai macam paparan berita-berita, situasi, kondisi, dan opini saat ini secara bijak.
Kembali mengenai kebiasaan. Pernahkah Anda mengenal orang yang memiliki kebiasaan memperolok atau mengejek orang lain? Pada stadium yang tinggi hingga sampai melakukan gosip berujung fitnah di setiap kali berbicara dengan orang lain. Bagaimana cara Anda memandangnya? Biasa saja? Kesal? Tidak Peduli?
Apakah Anda senang berkumpul bersamanya? Ngobrol?. Mungkin banyak dari kita tidak menyukainya tapi tidak sedikit pula yang menyukainya. Kenapa? Karena bergosip itu bagi segelintir orang sangat menyenangkan, melepas stres dengan membicarakan ketidakberuntungan orang lain.
Pada awalnya kita akan melihat narasumber kita ini adalah orang yang menyenangkan, segala tahu, up to date, tetapi semakin lama kita akan merasa tidak nyaman. Mengapa? Karena kita akan mulai menyadari bahwa DIA adalah orang yang tidak bisa dipercaya akibat dari kebiasaannya itu. Kepercayaan dan kepedulian akan semakin berkurang padanya bahkan orang-orang yang mengenalnya tidak akan rela berbagi masalah dan opini karena sudah dapat memprediksikan akhirnya. Kebiasaannya akan menggiring penilaian orang-orang kepadanya. Hal ini yang saya katakan sebelumnya bahwa kebiasaan dapat mencerminkan karakter manusia.
Sekarang mari kita pikirkan orang yang Anda kenal dengan kebiasaan sebaliknya. Orang yang tidak begitu populer namun dikelilingi oleh orang-orang yang percaya padanya. Seseorang yang terbiasa mendengarkan dan menanggapi secara objektif terhadap situasi. Seseorang yang terbiasa berpikir sejenak sebelum memberikan respon. Seseorang yang tenang dalam menghadapi situasi. Maka diri kita akan cenderung mendekatinya karena dia adalah orang yang menyenangkan untuk berbagi.
Pertanyaan yang perlu kita renungi, ingin dikenal sebagai apakah Anda atas kebiasaan yang Anda lakukan?
Tunggu kelanjutan tulisan berikutnya ya pembaca, mengenai “Part 2: Makna Efektivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H