Mohon tunggu...
Nilam Dwiyanti
Nilam Dwiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa 23107030044 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya adalah salah satu mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang belajar untuk menulis disini. Hobi saya mempromosikan produk mulai dari skincare, fashion, makanan dan lain sebagainya melalui review di akun media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Sandwich: Terjepit di Antara Dua Generasi

9 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 9 Juni 2024   09:09 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/@The CareGiver Partnership

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, muncullah sebuah fenomena sosial yaitu generasi sandwich. Istilah ini mengacu pada sekelompok individu yang secara bersamaan bertanggung jawab atas kehidupan tiga generasi, yaitu kehidupan orang tua, diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Ibarat sandwich, mereka berada di antara dua generasi dengan kebutuhan finansial dan emosional yang berbeda. 

Generasi Sandwich biasanya berusia 30-50 tahun. Mereka berasal dari Generasi X dan Y, yang tumbuh di masa transisi dengan berbagai krisis ekonomi dan perubahan sosial. Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dengan keuangannya dan memiliki ekspektasi yang lebih realistis untuk masa depan.

Pinterest/@LAYLO yoga & wellness
Pinterest/@LAYLO yoga & wellness
Faktor pertumbuhan generasi sandwich di Indonesia bermacam-macam, salah satunya peningkatan angka harapan hidup. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu kesehatan, rata-rata angka harapan hidup masyarakat pun meningkat. Akibatnya, banyak orang tua yang hidup lebih lama dan membutuhkan lebih banyak dukungan dari anak-anak mereka. 

Tak hanya itu tingginya biaya hidup seperti biaya pendidikan, layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar terus meningkat dan membebani generasi muda. Di Indonesia, kenaikan harga perumahan dan tingginya biaya pendidikan adalah dua contoh utama tingginya biaya generasi muda.

 Batasan jaminan sosial juga bisa menjadi faktor pertumbuhan generasi sandwich. Sistem jaminan sosial di Indonesia masih belum memadai, sehingga banyak orang tua tidak memiliki asuransi kesehatan atau dana pensiun yang memadai. Hal ini membuat mereka bergantung pada anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup di hari tua. 

Generasi sandwich juga bisa terbentuk karena kurangnya dukungan keluarga. Individualisme dan mobilitas geografis memecah keluarga inti, sehingga generasi muda harus mengambil tanggung jawab lebih besar. Di kota-kota besar, banyak orang tua yang pindah mencari pekerjaan, meninggalkan anaknya bersama anak muda lainnya.

Adapun beberapa beban generasi sandwich yang biasa dialami, yang pertama beban ekonomi. Generasi sandwich harus membiayai kebutuhan hidup tiga generasi sekaligus, yaitu kebutuhan orang tuanya, kebutuhannya sendiri, dan kebutuhan anak-anaknya. Hal ini dapat menyebabkan mereka stres dan kesulitan keuangan, apalagi jika mereka memiliki pendapatan yang tidak stabil.

 Keseimbangan waktu dan tenaga juga menjadi bebab berat generasi smadwich. Membagi waktu dan tenaga antara mengurus orang tua dan mengasuh anak bisa sangat melelahkan. Generasi sandwich seringkali harus bekerja lembur atau merelakan waktu untuk mengurus keluarga. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. 

Mereka rentan terhadap depresi, kecemasan dan insomnia. Akibatnya kurangnya waktu untuk diri sendiri. Generasi sandwich sering mengabaikan kebutuhannya sendiri demi memenuhi kebutuhan orang lain. Hal ini dapat membuat mereka merasa lelah dan kehilangan jati diri.

Strategi menghadapi tantangan generasi berikutnya:
• Komunikasi terbuka: Penting untuk menjalin komunikasi yang terbuka dan jujur dengan keluarga tentang keuangan dan kebutuhan individu. Hal ini dapat membantu pengambilan keputusan bersama dan meringankan beban individu.
• Kerjasama: melibatkan anggota keluarga lainnya dalam merawat orang tua dan anak. Setiap anggota keluarga dapat berpartisipasi sesuai dengan kemampuan dan waktu luangnya.
• Buat anggaran: Kelola keuangan Anda dengan bijak dan prioritaskan kebutuhan Anda. Buatlah anggaran bulanan yang realistis dan patuhi itu.
• Minta bantuan: jika Anda merasa kewalahan, carilah bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Walaupun psikolog biayanya tidak sedikit, namun dengan begitu bisa sedikit meringankan apa yang ada dipikiran kita.
• Luangkan waktu untuk diri sendiri: Penting untuk menyediakan waktu untuk diri sendiri dan melakukan hal-hal yang Anda sukai. Ini dapat membantu Anda menjaga kesehatan mental dan fisik. Seperti sesekali nonton film, makan di tempat favorite, belanja apa yang diingankan, dsb.
• Tetap positif: fokus pada hal positif dalam hidup dan cari dukungan dari orang lain. Sikap positif akan membantu Anda melewati masa-masa sulit. Jangan selalu berfikiran negatif karena akan berpengaruh pada keseharian kita,

Generasi sandwich merupakan fenomena sosial yang kompleks dengan tantangan yang berbeda-beda. Namun, dengan strategi yang tepat serta dukungan keluarga dan masyarakat, mereka dapat bertahan dalam masa-masa sulit ini dan membangun masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun