Mohon tunggu...
Nilam Dwiyanti
Nilam Dwiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa 23107030044 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya adalah salah satu mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang belajar untuk menulis disini. Hobi saya mempromosikan produk mulai dari skincare, fashion, makanan dan lain sebagainya melalui review di akun media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sungkeman Usai Sholat Idul Fitri: Apakah Tradisi Ini Masih Dilakukan?

11 April 2024   13:55 Diperbarui: 11 April 2024   14:00 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tradisi Sungkeman Berlangsung (Sumber: dokumentasi pribadi)

Sungkeman adalah tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia di momen-momen seperti Idul Fitri. Tradisi ini berupa permohonan maaf atas kesalahanan ucapan maupun tindakan yang umumnya dilakukan orang muda ke yang lebih tua dan sebaliknya. Selain untuk mempererat persaudaraan, sungkeman juga sebagai wujud rasa hormat pada orang yang lebih tua. Sungkeman biasanya dilakukan dengan mencium tangan sambil menunduk mengucapkan kata kata permohonan maaf atas apa yang telah dilakukan selama ini dengan rendah hati dan tulus sebagai bentuk pengakuan akan segala kesalahan dan harapan untuk memperbaiki diri di masa yang akan datang. Setelah itu, orangtua atau orang yang lebih tua pun memberikan doa dan ucapan maaf sebagai bentuk pengampunan.

Tradisi sungkem ini dilakukan agar tujuan puasa Ramadhan selama sebulan tercapai karena bisa menggugurkan dosa dosa untuk kembali fitri di Hari Raya. Karena dalam tradisi ini yaitu saling memaafkan satu sama lain, juga bisa memperbaiki jalinan antar saudara yang telah rusak karena beberapa hal.

Sungkeman sudah menjadi sebuah budaya yang kerap dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia, bukan hanya suku Jawa saja. Namun seiring berjalannya waktu, kini zaman semakin modern. Beberapa orang mungkin abai dan sudah mulai melupakan tradisi sungkeman yang biasa dilakukan setiap Hari Raya. Bahkan menjadikan sungkeman hanya sekedar formalitas, bukan sesuatu yang sakral. Lalu apakah masih ada yang melakukan tradisi ini dan menganggap sungkeman adalah tradisi sakral yang dilakukan dengan khitmad?


Bantul, Yogyakarta (10 April 2024): Di tengah era digital dan serba modern ini, tradisi sungkeman masih dilakukan bagi keluarga Cipto Pawiro di Bambanglipuro, Bantul. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan permohonan maaf dari anak kepada orang tua, istri kepada suami, antar sepupu dan sebaliknya. Selain itu, sungkeman juga menjadi perekat tali persaudaraan di tengah keluarga besar.

Ketiga anak Mbah Cip yang merantau ke Jakarta dan Bekasi selalu menyempatkan waktu unutuk pulang ke kampung halaman bersama cucu bahkan buyut dari Mbah Cip ini untuk melaksanakan sholat Idul Fitri dan rangkaian acara lainnya setiap tahunnya. Seluruh anggota keluarga Mbah Cip selepas Sholat Idul Fitri mereka berkumpul di rumah Mbah Cip untuk melaksanakan tradisi sungkeman yang sudah dlakukan secara turun temurun setiap tahunnya. Tradisi sungkeman diawali dengan bersalaman dan mencium tangan orang tua, dilanjutkan dengan duduk bersila di hadapan mereka. Selanjutnya menundukkan kepala dan memohon maaf atas segala kesalahan yang telah mereka lakukan selama setahun terakhir.


" Sungkeman minangka momen sakral kanggo kita sedaya. Kita tansah nindakaken saben taun sawise sholat Idul Fitri," kata Mbah Cip, anggota keluarga tertua.

"Iki minangka cara kita ngapura ning liyane kanggo kesalahan sing disengaja lan ora disengaja ingkang sampun ditindakaken. Tradisi iki ugi kangge ngurmati wong kang luwih tuwa."

Foto Bersama Mbah Cip (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto Bersama Mbah Cip (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bagi Mbah Cip, tradisi sungkeman bukan hanya tentang meminta maaf, tetapi juga tentang mempererat hubungan antar anggota keluarga. "Momen iki ingkang dadi kesempatan kangge kumpul bareng lan crito crito," tuturnya.

Tradisi sungkeman di keluarga Mbah Cip selalu berjalan sakral dan bukan hanya formalitas. Tidak jarang saat sungkeman berlangsung, ada beberapa anggota keluarga Mbah Cip yang menitikkan air mata karena terharu, ada permintaan maaf yang tulus, atau hanya adanya rasa rindu yang tersampaikan saat kumpul bersama melakukan tradisi sungkeman ini.

Ilustrasi Khidmatnya Tradisi Sungkeman (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Ilustrasi Khidmatnya Tradisi Sungkeman (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

"Meskipun sungkeman sangat sederhana, namun saya selalu diliputi rasa haru dan bahagia. Melihat wajah orang tua yang penuh cinta dan kasih sayang, dan anggota keluarga yang membuat saya semakin bersyukur atas nikmat keluarga yang aku miliki." Kata Yuliani, anak bungsu Mbah Cip.

"Tradisi sungkeman menurut saya adalah momen penting yang saya nantikan setiap usai sholat idul fitri, karena untuk mempererat tali persaudaraan setelah sekian lama tidak bertemu, momen ini menjadi ajang untuk saling bertukar cerita dan pengalaman, serta mempererat hubungan yang sempat renggang karena kesibukan masing-masing." Tambah Yuliani.

Foto Bersama Bulik Yuliani (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto Bersama Bulik Yuliani (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tidak hanya saling bermaaf-maafan, setelah sungkeman mereka menikmati hidangan khas lebaran seperti ketupat, opor ayam, dan rendang. Biasanya makanan makanan ini disiapkan H-1 lebaran yang kemudian di masak sebelum sholat idul fitri oleh anak-anak Mbah Cip, dan dibantu oleh cucu-cucunya. Momen makan bersama usai sungkeman juga merupakan momen kebersamaan yang bisa mempererat tali persaudaraan karena dilakukan bersama-sama diselingi cerita-cerita dan lawakan. Selain makan-makan, momen inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh para anak-anak yaitu cucu dan buyut para Mbah Cip yaitu pembagian THR (Tunjangan Hari Raya) oleh orang yang lebih tua, bisa simbah, bapak ibunya, pakde bude, sampai om dan tante-nya.

whatsapp-image-2024-04-11-at-13-13-26-661782abde948f212a427292.jpeg
whatsapp-image-2024-04-11-at-13-13-26-661782abde948f212a427292.jpeg


Tradisi sungkeman di keluarga Mbah Cip melibatkan anak-anak dan remaja bukan sekedar untuk memperkenalkan tradisi ini, namun ada tujuannya yaitu agar nilai-nilai kekeluargaan dan silaturahmi dapat diwariskan secara turun-temurun. Suasana di rumah Mbah Cip selalu penuh dengan keceriaan dan kehangatan saat lebaran. Tawa dan canda anak-anak mewarnai momen kebersamaan ini.


Bagi Mbah Cip, momen lebaran merupakan momen yang paling dinantikannya. "Aku seneng lan ayem ndelok anak dan putu kumpul ning omah bareng bareng ngene iki. Ora mbendino aku iso ndelok anak lan putu iso kumpul kabeh koyo ngene," tuturnya. "Sungkeman ngelingake jaman cilik, nalika aku isih cilik lan lebaran bareng wong tuwa."


Simbah Cip merasa bahagia melihat tradisi sungkeman masih dilestarikan oleh anak dan cucunya. "Tradisi iki penting kanggo ditanamake ing generasi mudha supaya tansah bekti marang wong tuwa lan njaga tali persaudaraan. Ngenalake tradisi iki marang anak, putu, lan buyut uga kangge nguri-uri budaya sing wis ana ket biyen. " harapnya.

Mbah Cip juga berharap tradisi sungkeman ini akan tetap dilaksanakan, dan anak cucunya bisa tetap berkumpul ketika Hari Raya seperti ini walaupun dirinya sudah tidak ada. 


Di era digital yang modern ini, tradisi sungkeman menjadi semakin penting untuk dilestarikan. Tradisi ini menjadi pengingat bagi generasi muda tentang nilai-nilai luhur budaya Indonesia, seperti rasa hormat kepada orang tua dan pentingnya menjaga tali persaudaraan.


Meskipun tidak semua anggota keluarga Mbah Cip yang bisa turut serta kumpul bersama merayakan Idul Fitri secara langsung, ada beberapa anggota keluarga Mbah Cip yang berada di lokasi yang jauh dan belum ada waktu untuk kumpul bersama biasanya menggunakan platform video call untuk saling meminta maaf satu sama lain. Meskipun tidak bisa bersalaman secara langsung, kehangatan dan kebersamaan tetap terasa melalui layar perangkat elektronik. Tradisi sungkeman tetap menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri bagi keluarga Mbah Cip. Tradisi ini menjadi simbol kehangatan dan keharmonisan keluarga yang tak lekang oleh waktu.

Ilustrasi VideoCall dengan Keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi VideoCall dengan Keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Nyatanya walaupun zaman sudah modern seperti sekarang ini, tradisi sungkeman yang dilakukan usai sholat Idul Fitri masih dilestarikan oleh beberapa bahkan banyak keluarga di Indonesia. Karena tradisi sederhana ini menyimpan banyak makna untuk mempererat tali persaudaraan. Sungkeman bukan sekedar mencium lutut dan membungkuku, tetapi juga tentang rasa cinta dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.  

Dari Dusun Palihan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun